Kalau  kita melihat budaya barat dalam  merayakan kesenangan biasanya   menggunakan media makanan atau minuman,  yaitu sebagai contoh adalah  champagne salah satunya, maka kita warga Indonesia ini entah kesepakatan dari mana tetap menggunakan acara (media) tumpengan sebagai lambangnya.
Yah, tumpeng sepertinya sudah identik dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Terbukti beberapa saat lalu ketika seorang teman saya merayakan ulangtahunnya di Belgia juga memamerkan sebongkah nasi berujud tumpeng.
Tumpeng adalah salah satu jenis makanan berasal dari nasi yang dipresentasi-kan berbentuk kerucut. Sejatinya bentuk kerucut itu tak lain adalah tumpukan nasi yang menjulang ke atas. Sementara wujud mengerucut keatas itu menyimpan pesan dan harapan agar kehidupan kita pun semakin “naik” dan menuju arah yang lebih “tinggi”. Dengan alasan itulah bentuk kerucutwajib dipertahankan dan tidak tepat kalau harus diubah kedalam bentuk lain sekalipun hal itu teramat mungkin dilakukan agar menjadi indah dipandang dalam bentuk baru.
Membaca pokok bahasan “tumpeng” dalam acara ulang-tahun ini, semoga teman-teman akan sedikit berkenan serta merasa pas jika harus saya hubungkan dengan sajian bubur (jenang) tujuh rupa. Yaitu satu sajian bubur yang biasanya diadakan pada saat mengadakan ritual “selapanan” bayi. Selapan sama dengan peringatan 35 hari, dimana pada hari ke-35 itu diistilahkan juga dengan “weton bayi” atau hari lahir bayi tepat dengan hari Masehi pun hari pasaran. Macam bubur tujuh rupa itu adalah,
Yah, tumpeng sepertinya sudah identik dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Terbukti beberapa saat lalu ketika seorang teman saya merayakan ulangtahunnya di Belgia juga memamerkan sebongkah nasi berujud tumpeng.
Tumpeng adalah salah satu jenis makanan berasal dari nasi yang dipresentasi-kan berbentuk kerucut. Sejatinya bentuk kerucut itu tak lain adalah tumpukan nasi yang menjulang ke atas. Sementara wujud mengerucut keatas itu menyimpan pesan dan harapan agar kehidupan kita pun semakin “naik” dan menuju arah yang lebih “tinggi”. Dengan alasan itulah bentuk kerucutwajib dipertahankan dan tidak tepat kalau harus diubah kedalam bentuk lain sekalipun hal itu teramat mungkin dilakukan agar menjadi indah dipandang dalam bentuk baru.
Membaca pokok bahasan “tumpeng” dalam acara ulang-tahun ini, semoga teman-teman akan sedikit berkenan serta merasa pas jika harus saya hubungkan dengan sajian bubur (jenang) tujuh rupa. Yaitu satu sajian bubur yang biasanya diadakan pada saat mengadakan ritual “selapanan” bayi. Selapan sama dengan peringatan 35 hari, dimana pada hari ke-35 itu diistilahkan juga dengan “weton bayi” atau hari lahir bayi tepat dengan hari Masehi pun hari pasaran. Macam bubur tujuh rupa itu adalah,
- jenang abang
 - jenang putih
 - jenang abang dengan palang putih
 - jenang putih berpalang abang
 - jenang baro-baro (jenang putih yang ditaburi parutan kelapa dan irisan gula jawa)
 - satu cawan berisi separoh jenang abang dan separoh jenang putih
 - satu cawan jenang putih yang juga diselingi sedikit jenang abang
 
Pada  dasarnya bubur tujuh rupa itu dibuat dari (dua) bahan dasar  beras yang  diberikan warna yaitu merah dan putih, disajikan dalam  berbagai macam  kreasi menjadi tujuh warna.  Dua  warna itu mengandung maksud, warna  merah adalah lambang  ibu, sementara  warna bubur putih sebagai simbul  Bapak. Terjadi hubungan  salang  menyilang, simbiosis-mutualis (   timbal-balik), selanjutnya  muncullah bubur baro-baro sebagai   kelahiran seorang  anak. Tersirat  didalamnya tentang asal usul sebagai  media pengingat agar  kita sebagai  anak ini jangan pernah durhaka  kepada orang tua. Terlahir dengan  penyertaan ikhwal lain yang berjumlah  tujuh rupa itu jugalah maka yang  juga semakin menguatkan tentang 'sedulur papat lima pancer, kakang kawah adhi ari-ari'.
Satu   hal yang kali ini ingin saya jadikan sebagai titik bidik adalah   keberadaan daun-daunan yang berwarna hijau. Ada daun bayem sebagai bahan   sayuran mengandung makna berarap agar hidup mampu menjadi "ayem",  atau ada daun kangkung yang mampu hidup didua tempat, darat dan air.  Maka itu melambangkan agar kita manusia ini harus sanggup hidup di mana  saja dan dalam kondisi apa pun jua. 
Selain   itu, tumpeng pun bubur tujuh rupa disajikan pula dengan menggunakan   alas daun pisang sebagai pelapis wadah (tambir)nya. Mungkin awalnya   memang karena pada saat dahulu kala hanya ada daun pisang yang cocok   digunakan sebagai alasnya. Namun ketika kita bisa memaknai lembaran daun   pisang bukankah daun pisang itu sendiri memberikan banyak bahan   pelajaran buat kita, bisa digunakan menutupi pun melindungi hal lain   yang memang sedang butuh. 
Dan ketika kita bicara daun secara umum, semoga tak dianggap hanya othak-athik-gathuk   yang tanpa alasan pasti dalam melihat dibalik makna tersebut. Bahwa  tak  terelakkan daun itu sendiri menyiratkan perputaran hidup kita,  keberadaan  daun juga berrotasi, setelah daun yang tua  berguguran, daun   yang muda  pun musti mengganti peranannya, yaitu juga menjadi sumber  hidup satu  pohon karena telah mengumpulkan energi yang diberikan oleh  Sang  Surya.  Tak berhenti  disini, daun  yang telah gugur bakalan jatuh  kebawah dan  akan menyatu  dengan tanah menjadi kompos,  selanjutnya  kompos  yang ada  itu bakalan menjadi pupuk dan  sumber  penghidupan si  pohon, selalu  berputar begitu seterusnya.
Maka, tatkala kita mengambil pemaknaan  dari daun  tersebut, kita tak ubahnya mereka, bahwa hidup kita ini toh  teramat  pantas kalau harus dikondisikan sebagai cermin dari bahan  pijakan  (alas), dimana disinilah terdapat beberapa lembar tulisan  sebagai wadah  dan atau tempat yang bisa kita jinjing layaknya tas.  Bisa  kita tenteng kesana  kemari, ada yang musti kita saring dan  bawa sebagai bahan pun beban  pada bagian tertentu, namun bukan berarti  pada bagian (saku) tas  lainnya dengan serta merta lalu seenaknya dibuang  begitu saja.   Kesabaran me-manage nafsu serta kesadaran menyimpulkan makna akan bergantung pada pilihan diri-sendiri pada tas yang akan kita tenteng pun bawa. 
Teruntuk DM yang hari ini sedang berulang-tahun,  saya ucapkan "Selamat Ulang Tahun yaaa, wish you get luck in your future endeavors"...  Dan semoga tas-tas yang adik jinjing penuh dengan makna dalam menjadikan hidup ini menjadi sebenar-benarnya manusia.   Terimakasih untuk uluran iklas persahabatannya selama ini. [uth]
_________________________________
Ilustrasi:
- tumpeng + jenang
 - tas agel (koleksi pribadi)
 


0 comments:
Post a Comment