"Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia , melainkan supaya mereka menyembah kepadaKu. Aku tidak menghendaki dari mereka rezeki, walau sedikitpun, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makanan. Sesungguhnya Dialah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki dan memiliki kekuatan yang sangat kokoh." Qs Adz Dzariyat: 56-58 Apakah tujuan dari kehidupan ini..? Untuk apa Allah menciptakan jagat raya beserta isinya ini..? Adakah Dia membutuhkan alam ini...? Alangkah akan lebih sempurna hasil jawaban dari pertanyaan - pertanyaan tersebut apabila dicerna dan ditelan kedalam lubuk hati. Bukan hanya sekedar dikunyah oleh alam pikiran, karena alam pikiran tak lain adalah bagian dari jagat raya ini pula. Pamedhare wasitaning ati , cumanthaka aniru pujangga
dahat mudha ing batine, Nanging kedah ginunggung datan wruh yen akeh ngesemi, ameksa angrumpaka Basa kang kalantur, tutur kang katula-katula , Tinalaten rinuruh kalawan ririh, Mrih padhanging sasmita Dhandhanggula - 1
Pamedhare wasitaning ati, adalah tersingkapnya ajaran hati. Kata hati adalah suara Qalbu, suara nurani terdalam yang merupakan bisikan Yang Maha Benar. Qalbu tidak bisa bohong, yang bisa bohong adalah pikiran. Setiap dihadapkan pada satu kejadian, ada dua suara dalam diri manusia. Hal itu yang di kenal dengan kebaikan dan keburukan, untung dan rugi. Kebaikan diyakini berasal dari Tuhan sedang keburukan adalah dari setan. Dua-duanya ada dalam diri kita. Pada satu kejadian Qalbu selalu menuntun untuk bertindak sesuai hukum alam, selalu meneriakkan kebenaran. Sementara pikiran adalah sumber pertimbangan dan perhitungan. Dari sanalah muncul hal-hal yang ingin dipuaskan. Pikiran itu setan. Dan setan bukanlah makhluk dari luar diri manusia. Setan adalah penghuni pikiran, yang selalu menimbang untung dan rugi. Untuk itu yang sangat diperlukan dalam kehidupan ini adalah mampu tersingkapnya ajaran hati, agar bisa mengendalikan pikiran, bahkan melampaui pikiran itu sendiri dan tidak terjebak oleh permainannya. Permainan pikiran adalah Cumantaka aniru pujangga, Sok berani meniru seorang Pujangga/Ahli Kitab, karena hal itu sangatlah bodoh sekali, dhahat muda ing batine. Tetapi karena ingin dipuji, tidak tahu kalau banyak orang menertawakannya, nanging kedah ginunggung datan wruh yen akeh ngesemi, Yang pada akhirnya memaksakan kehendak untuk mengarang cerita, Amekso Angrumpaka, sehingga yang ada hasilnya adalah kekacauan bahasa, karena kata-katanya sia-sia dan tak berguna. Basa kang kalantur, tutur kang katula-katula. Maka sebagai kunci dalam menjalankan hidup ini di ajarkan bagi kita supaya selalu sabar dan teliti, guna menemukan kejelasan tanda-tanda kehidupan dari ayat-ayat Tuhan. Tinalaten kalawan ririh, mrih padhanging sasmita. Telitilah dengan sabar supaya bisa melihat semua tanda kehidupan secara jelas. *** Dari Ayat di atas telah diFirmankan bahwa Allah menciptakan kita hanya untuk menyembah kepadaNya. Allah tak berkehendak akan pamrih. Tak berharap balas jasa dari kita umat manusia. Suatu kehormatan bagi kita manusia tentunya, Yang hanya di ciptakan dari tanah liat atau Jin yang cuma berasal dari api, bukan berasal dari emas ataupun mutiara, masih diberikan Nya kesempatan untuk bisa naik ke Derajat Cinta Nya. Al Maqam Al Hub. Ibadah kepada Allah apabila dilihat dari sudut pandang manusia, tak lain adalah karena cinta dan taat kepada NYa. Tetapi bisa juga dipandang sebagai sebuah Penghargaan spesial (Hakiki) bagi manusia itu sendiri. Dapat dikatakan Ibadah adalah "satu-satunya kemuliaan yang hakiki", sedang yang lain adalah Waham dan Formalitas. Seperti halnya Allah adalah Al Maujud Al Haq yaitu Wujud yang nyata. Yang berarti selain Dia, yang lain termasuk kita manusia hanyalah gambar tampak yang akan hilang, mati, dan binasa. "Yaiku ing dinane para manungsa padha pating blulang kaya laron kang padha pating slebar.
Gunung-gunung padha menculat! Kaya wulu kang diabul-abul" "Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung seperti bulu-bulu yang dihambur2 kan." Al-Qori'ah: 4-5 Dari sini dapat kita petik, bahwa Allah menciptakan alam semesta beserta isinya termasuk kita semua, tak lain adalah karena Dia mencintai kita semua. Maka sudah sewajarnya apabila kita ambil pelajaran, bahwa haruslah tercipta bentuk korelasi "Hab'luum minallah - Hab'lum minannas", Hubungan vertikal terhadap Tuhan dan sosialisasi pada lingkungan alam sekitar CiptaanNya. Beribadah terhadap Sang Pencipta berbanding seimbang dengan ibadah kita terhadap kehidupan alam dunia ini. Nggak ada yang dapat melanggengkan eksistensinya hanya bertumpu pada satu sisi saja."Maka bertebaranlah kalian semua ke muka bumi ini guna kemaslahatan umat" Sasmitaning ngaurip puniki, mapan ewuh yen ora weruha, tan jumeneng ing uripe Akeh kang ngaku-aku, pangrasane sampun udani, tur durung wruh ing rasa Rasa kang satuhu, rasaning rasa punika, Upayanen darapon sampurno ugi, Ing kauripanira. Tanda hidup ini, Apabila tidak dimengerti, Tak akan bermakna hidupnya Banyak yang merasa sudah tahu atau paham, Tahu tentang rasa, Padahal belum tahu benar Tentang "Rasa Sejati", Rasa sejati adalah rasanya rasa itu sendiri, Berjalanlah supaya menjadi sempurna dalam hidupmu Dhandhanggula - 2
Dengan bertebarannya kita dimuka bumi ini, semoga atas izin Allah kita akan dapat menemukan "tanda hidup", bukan hanya sekedar merasa tahu padahal tidak mengerti. Insya Allah kita mampu memahami "tanda hidup" sebagai bukti CintaNya kepada kita, tentu saja rasa "cinta sejati" guna melengkapi kesempurnaan ke arah perjalanan selanjutnya di kehidupan yang lain menuju RumahNya. Semogaaa....... Ya Allah, Percikkanlah ombak samudera CintaMu Kedalam tangis malam sendiriku Menuju kekokohan Rezeki sempurnaMu
Saturday, September 20, 2008
kesempurnaan samudera CintaNya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment