Saktemene Ingsun Ciptak'ke Manungsa iku Saka Lemah, Mula yen wus Ingsun sampurnak'ke Kedadeane lan tak sebulke Roh (Gawean) KU, Mula Sira padha Sujuda Marang Kang Gawe Urip. (As Shaad :71-72)
Perjalanan hidup kita dapat diibaratkan seperti pergi ke pasar. Pasar adalah tempat ramai dimana banyak orang berkumpul disana beserta bermacam-macam barang dagangannya. Kata "Pasar" dapat didefinisikan sebagai 'Papan Panggonane Manungsa kang Kesasar' (tempat bertandangnya manusia yang kesasar), Karena dipasar dapat kita temukan beraneka warna kehidupan ini. Ada yang berjualan dengan menggunakan kata hati 'kejujuran', tapi tidak sedikit pedagang yang suka bohong. Ada pembeli yang jujur, namun banyak pula diantara mereka yang curang, suka mencuri dan ngibul. Pasar adalah tempat dilakukannya segala sesuatu, baik yang bersifat terpuji ataupun tercela. Dipasar sering juga kita jumpai pencuri ataupun pencopet. Bahkan disana acapkali kita jumpai manusia yang menjual barang-barang yang sudah nggak layak di konsumsi lagi, yang penting bisa mengambil keuntungan, sudah nggak peduli lagi tentang hukum Haram dan Halal. Masih ingat kan kita tentang daging tikus, daging babi, daging sampah restaurant, Krecek kulit sepatu ataupun Daging sapi glonggongan....... Belum lagi ditambah dengan beraneka bahan pengawet mayat seperti borak ataupun formalin. Itu semua adanya dipasar. Maka sudah seharusnya kita berhati-hati bila berada disana, jangan sampai salah membeli dan salah memilih. Tak ubahnya hidup didunia ini, harus mengutamakan sikap dan sifat hati-hati dalam menjalani, melakoni, dan memilihnya. Tentang keyakinan mana yang baik, dan kepercayaan mana yang benar memang wajib kita lakoni meski mahal harganya. Tetapi dengan kadar mahalnya itu, semoga yang akan kita petik nantinya adalah Gizi dari buah SurgaNYA.
Umpama jebeng menyang pasar, tan langgeng neng pasar wae
Tan wurung nuli mantuk, mring wismane sangkane uni
Inilah philosophi antara "Pasar" dan "Sangkan Paraning Dumadi".
Sebelum terlahir didunia ini kita berasal dari alam langgeng. Disebut langgeng karena memang tak ada ruang dan waktu. Kekal adanya. Dan selanjutnya nanti kita juga akan kembali ke alam langgeng lagi.
Raga (badani) ini hanyalah pakaian dari Rohani (Jiwa). Bila raga telah tak berfungsi alias mati, maka Rohani akan melepas raga kembali ke asalnya. Yaitu "Alam Langgeng". Karena Roh itu langgeng adanya, tidak bisa mati, dan 'ia' berasal dari alam langgeng. Alam dapat dibedakan kedalam dua bagian, yaitu "Alam Ghaib" dan "Alam Nyata". Dimana ghaib adalah karena tidak nampak dan tak dapat disentuh oleh Pancaindera. Alam ghaib ini kekal adanya, tak berruang dan tak mengenal waktu. Sedang alam nyata telah terlihat jelas dihadapan kita, tersentuh oleh panca indera dan menempati ruang serta waktu. Meski meliputi semesta yang sangat luas ini, tetapi tetaplah kesemuanya itu ada batasnya karena selalu berubah.
(Surat Shaad : 71-72)
Sehingga mati pun raga kita ini akan kembali terkubur tanah, terkecuali Roh kita yang takan pernah bisa mati. Dia akan kembali lagi ke asalnya Roh, yaitu alamnya roh, alam langgeng, atau alam ghaib. Karena Roh adalah ghaib adanya. Sebab itulah kita di ingatkan, karena tak bakalan selamanya kita berada dipasar. Suatu saat pasti pulang kembali kerumah kita dengan membawa bekal dari hasil belanjaan kita dari pasar tersebut tentunya. Dan belanjaan kita adalah amalan-amalan perbuatan kita selama berada di dunia ini.
Ing mengko padha weruh yen asale sangkan paran duk ing uni
Aja nganti kesasar
Dandanggula Babat Demak - 2
Tanpa pencok'an sukmane saparan-paran nglangut
Kadya mega katut ing angin wekasan dadi udan
Mulih marang banyu, dadi bali nuting wadag
Ing wajibe sukma tan kena ing pati, langgeng donya akherat
0 comments:
Post a Comment