Sawuse padha nindakake nyembelih korban, banjur padha ngilangana lan ngresiki rereged. (Al Hajj : 29)
Lan marang sakabehing umat Ingsun wus andhawuhake Ibadah Qurban supaya nyebuta asmaning Allah kanthi Takbir minangka ngaturake syukur tumrap raja-kaya sikil-papat kang wus diparingake marang dhewek'e. (Al Hajj : 34)
Seringkali kita lupa diri bahwa semua segi hidup ini sebenarnya sudah yang terbaik. Hanya saja kebiasaan manusia (termasuk saya) adalah 'mencari dan terus mencari'. Sehingga bisa dipastikan hasil yang akan didapat adalah Kecewa. Ada yang mencari dalam waktu dengan nafsu bahwa masa depan pasti lebih baik, tanpa peduli akan tindakan yang mau diperbuatnya. Ada yang mencari pada tempat, bahwa rumput tetangga atau rumput milik orang lain jauh lebih hijau dibanding rumput sendiri. Bermacam keluhan akan muncul, dikendalikan oleh amarah, dengki, iri, dan penyakit hati lainnya sampai dengan rezeki yang tak pernah cukup. Ujung-ujungnya adalah sama, Kecewa.
Kalau mau memahami ini bukankah sebenarnya akan lebih baik apabila semua dari kita (terutama saya) berhenti mencari, Konsekuen dalam menetapkan satu tujuan sambil tetap berusaha dan berkarya sebaik mungkin, berharap berpikir positif bahwa memang sebenarnya semua yang ada sudah serba terbaik.
Masih berhubungan dengan hal tersebut. Tercermin dari kisah Nabi Ibrahim yang mendapatkan mimpi untuk menyembelih Ismail, anaknya. Yang kemudian secara tiba-tiba diganti dengan binatang berkaki empat. Itu semua hanyalah simbul dari pemotongan sifat-sifat kita sebagai manusia yang telah memiliki banyak sifat binatang.
Segala sifat binatang yang ada harus kita lenyapkan, kita enyahkan dari tubuh yang disebut manusia ini.
Bukan saja tanpa manfaat dengan pemotongan hewan korban ini. Selain membawa pesan untuk membuang sifat binatang itu, juga memberi manfaat baik bagi yang berharta kaya ataupun buat mereka yang tak berharta sama sekali alias fakir miskin. Bagi yang tak mampu secara keuangan untuk membeli daging yang harganya relative mahal, saat ini adalah waktu yang dimudahkan bagi mereka karena bisa ikut menikmati hasil potongan daging hewan yang telah dikorbankan oleh si kaya. Begitu juga halnya bagi Si Kaya. Mampu menerapkan rangkaian kata anjuran para bijak sebelumnya, “Mulailah dengan memberi”.
Memang dalam kegiatan memberi kita tidak akan pernah merasakan kegembiraan orang yang diberinya. Namun yang tak dapat dipungkiri adalah bahwa sang pemberi akan mengalami tahap-tahap pemurnian dalam diri. Sehingga dapat dipahami apabila mereka yang rajin memberi mengalami sakit yang frekuensinya lebih jarang, mendapatkan banyak teman, dan rezeki selanjutnya pun akan lebih mudah diperoleh.
Berharap dengan hari raya kurban ini mampu memacu diri untuk bisa membiasakan dalam kegiatan memberi. Bukan semata nilai material saja namun moral pun sudah sangat cukup. Indahnya kegiatan memberi, ia tidak akan membuat pemiliknya berstatus 'bangkrut'. Seperti lilin yang menerangi lilin yang lainnya, ia tidak kehilangan cahanya. Namun sebaliknya, saat bersamaan itu tugas menerangi lingkungan menjadi jauh lebih ringan.
Dengan kegiatan memberi yang tanpa ada maksud menciptakan harapan baru tidak menutup kemungkinan juga bagi kita akan mengalami “unexpected harvesting” karena seperti telah disebutkan dalam Al Kitab Surat Al-Hajj di atas bahwa dalam berkorban dan memberi akan mampu menghilangkan kotoran diri. Panen yang tak diharapkan. Ini adalah buah dari pemberian tanpa harapan. Sekali lagi pemberian tidak harus bersifat materi, namun bisa berupa perhatian, cinta, kasih, dan masih banyak pilihan yang tersedia. Bukankah senyuman juga sudah termasuk dalam kegiatan memberi.....?
Dengan menyebut nama Tuhan semua wajib disyukuri, Allahu Akbar.....
Semoga dalam hidup saya secara pribadi mampu menerapkan ini, Amin...
Mungkin teman-teman ada yang tertarik mengisi kehidupan dengan memberi...? Silahkan...
0 comments:
Post a Comment