Sunday, December 7, 2008

Haji...

Makhluk wajib adalah makhluk yang harus ada karena tingginya kadar kemanfaatannya bagi sesama makhluk. Kalau ia tak ada, semua rugi. (Cak Nun)

Kata Haj atau Hij bisa di artikan sebagai Ziarah. Bait adalah rumah, sedang Haram disini berarti Mulia. Hijjul Baitil Haram, apabila diucapkan secara lengkap maka berarti Ziarah kerumah yang Mulia, yaitu Ka'bah yang bertempat di wilayah Masjidil Haram, kota Makkah. Dimana Ka'bah adalah peninggalan Nabi Muhammad SAW yang berfungsi sebagai Qiblatnya Sholat semua umat Muslim di dunia.
Dalam melaksanakan Ibadah Haji ada beberapa langkah yang wajib dilaksanakan diantaranya adalah Ihram, Wukuf, Tawaf, Sa'i dan lain sebagainya. Mungkin hal ini telah banyak diketahui oleh temen-temen semua.
Sementara untuk manfaat haji hampir sama seperti ibadah lainnya yaitu sebagai sarana mensucikan sukma (Roh) dari dosa dan membersihkan nafsu jiwa dari watak nista dan budi yang murka. Disamping itu Ibadah Haji ini juga membawa pesan berhubungan dengan ekonomi, seperti halnya bisa menambah keberanian dalam usaha apa saja, mampu menggencarkan nilai pariwisata dengan menghargai sejarah. Berteman dan berkenalan dengan umat manusia dari belahan bumi mana saja. Hanya saja hal ini lebih utama karena didukung oleh niat Ibadah.

***
Pada menjelang bulan Haji seperti ini, sewaktu kecil dulu alangkah sangat bahagianya saya apabila mengaji di Masjid ada Pak Kyai yang mau menunaikan ibadah Haji. Dengan persiapan jauh hari sebelumnya, acara perpisahan telah digelar. Bahkan setengah bulan setelah hari raya Idul Fitri Pak Kyai harus sudah berangkat melakukan perjalanan ke Tanah Suci. Yach karena saat itu pesawat terbat masih termasuk barang yang sangat mahal, maka akhirnya Pak Kyai harus menggunakan Kapal Laut untuk menempuh perjalanannya. Sangat khidmat acara itu. Ibu-ibu dan santriwati sibuk mempersiapkan acara pelepasan dengan menyediakan segala keperluan yang dibutuhkan, termasuk acara syukuran dan makan -makan. Sementara semua santri dan takmir masjid menyambutnya dengan berbagai perasaan, gembira namun juga haru.
Pak Kyai yang mau naik haji adalah sebenar-benarnya Pak Kyai yang telah menguasai ilmu agama. Yang telah mampu membedakan antara suara Qalbu dan suara pikiran. Yang juga telah mendidik kami para santri untuk selalu menerapkan ajaran “Rahmatan lil 'Alamin”

Di Idiomkan oleh beliau bahwa apabila laki-laki memperistri perempuan, pemerintah mempersuamikan rakyat, dan raja mempersunting istri, maka sudah sewajarnya jika manusia juga layak dinobatkan sebagai “suami' bagi alam semesta. Kewajibannya adalah membangun bahtera dengan cara menghimpun ilmu, mendesain dan mempelajari metodologi, melakukan pemetaan serta menggambar selanjutnya menstimulasikan sistem dan management guna memproses yang hasilnya di sebut “Rohmatan lil 'Alamin-Pembawa rahmat bagi alam semesta beserta segala isinya”.

Sangat berbeda sekali hal itu saya alami sekarang ini, bukan semata-mata menyepelekan bagi saudara-saudara kita yang telah bisa menunaikan ibadah Haji. Atau kemungkinan besar ini hanyalah omongan saya karena belum mampu secara financial untuk melaksanakannya. Banyak diantara saudara kita sekarang ini yang naik haji karena hanya mampu secara material guna menempuh perjalanan ke kota Makkah dan atau Ke Madinah saja. Akibatnya bisa kita lihat sepulangnya mereka ke Tanah Air tercinta ini..... Memang saya akui mereka bergelar HAJI atau HAJAH..... Tapi mungkin temen-temen semua bisa melihat fakta yang ada, Mana penerapan pada gelar Haji itu..?
Bagaimana aktualisasai tindakan nilai ajaran luhur agama itu....?
Tak perlu saya cerita disini, karena tak dapat dipungkiri saya pun jauh lebih hina dari teman-teman semua.....
Astaghfirullah Hal 'Adzim.......

Manusia (termasuk saya) tidak pernah konstan dan konsisten dalam mempelajari alam semesta ini, yang didalamnya ada kebenaran, kemuliaan, demokrasi, nafsu, setan, Tuhan, dan yang terutama adalah mempelajari diri sendiri. Hal ini tak dapat dipungkiri karena dalam Al-Kitab juga telah disebutkan : “Inna khalaqnal insana fil'ajal”, Sesungguhnya Aku ciptakan manusia cenderung tergesa-gesa”
Bisa ditengok dari segi sebuah institusi pendidikan yang bernama Universitas. Cenderung dipaksakan. Belum tuntas temen-temen menjadi murid (yang sebenar-benarnya masih haus akan ilmu) dipaksakan naik bangku keangkuhan dengan gelar MAHASISWA, dimana letak Maha-nya...?

Kembali lagi ke topik awal mengenai Haji. Alangkah bahagianya saya mendengar bahwa ternyata dari tahun ke tahun semakin banyak saja penduduk negeri ini yang mampu pergi ke tanah suci guna Ber_Haji.
Itu artinya semoga nantinya akan semakin banyak pula roh yang akan tercuci hingga mampu menjadi panutan bagi kita semua karena telah sirna tentang hawa nafsu duniawi dan terlenyapkan tindak nista dan murka bagi mereka yang telah bergelar Haji tersebut. Bukankan hal ini sangat sesuai dengan makna dari Haji diatas..?
Dan semoga pula pengakuan dari Allah benar-benar bagi mereka sepulangnya bergelar HAJI nanti. Bisa menjadi syuri tauladan dan panutan bagi kita (terutama saya pribadi).
Karena saya hanyalah makhluk yang dalam kategori hina dan Dzolim... meski mengakui umat Rosulullah namun ternyata Kesesatan masih menjadi gelar milik saya sehari-hari... “Robbana dzolamna anfusana”, “Inni kuntu minadh-dholimin”

Meminjam istilah dari Kiai Sudrun-nya Emha 'Ainun Nadjib (Cak Nun) bahwa manusia ini secara Matriks-Hukum dikategoorikan kedalam lima macam. Halal-Wajib-Sunah--Makruh-Haram.
@. Makhluk Halal bisa diartikan “Silahkan” saja, definisinya adalah mau ada dan tidaknya ya monggo saja.Wujuduhu ka'adamihi. Kalau dalam pola kalimat mungkin termasuk kalimat pernyataan yang berpola 'Simple Present”.
@. Makhluk Wajib, Dia adalah makhluk yang harus ada karena kadar kebermanfaatannya bagi sesama makhluk, Kalu dia tak ada semua yang ada disekitarnya akan merasa rugi.
@. Makhluk Sunah, Diusahakan untuk ada. Karena akan lebih bagus sebagai improvisasi kehidupan. Namun jika terpaksa nggak ada ya nggak masalah.
@. Makhluk Makruh itu sebaiknya kita upayakan untuk di tiadakan, meskipun jika terpaksa harus ada ya apa boleh buat...
@. Sedang Makhluk Haram sebaiknya di lenyapkan karena keberadaannya sangat merugikan lingkungan, sehingga lingkunganpun akan mendapat keuntungan apabila makhluk ini tidak ada.

Sehubungan dengan lima sifat makhluk diatas semoga brand “Dijamin Halal & Wajib Ada” mampu menempel pada benda berjalan yang disebut manusia.
Dan dengan kepulangan para Haji, berharap pelajaran dan syuri tauladan yang akan disajikan oleh saudara-saudara kita yang Berhaji Mabrur sepulangnya nanti mampu menambah sertifikasi “Sunah” pada brand itu, sehingga kita para manusia ini termasuk dalam kelompok yang berhasil menggondol penghargaan “TOP 1st BRAND”

Saya yakin kebenaran dan kepintaran masih menaungi teman-teman semua, sementara kehinaan dan kebodohan hanya milik saya... Namun bersamaan dengan moment Ibadah Haji ini semoga ajaran dari Cak Nun lewat Kyai Sudrun ini mampu menjadi Inspirasi buat teman-teman, dan juga khususnya buat diri saya...
Pitutur kang bener iku, sayektine apantes tiniru, Nadyan metu saking wong sudra papeki, lamun becik nggone muruk, Iku pantes sira anggo.
Ajaran yang benar itu sepantasnya ikutilah, Sekalipunn diajarkan oleh orang yang biasa, jika cara mengajarinya tepat, Itu pantas untuk diikuti. (Gambuh - 3)
Haji - Opick

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri