Wednesday, April 8, 2009

antara hidup dan mati

Nuli sira sawuse mangkana iku yekti bakal padha dadi mayit (mati)

(QS. Al Mukminun 15)

Kemudian sesungguhnya kamu sesudah itu (terlahir sebagai bayi kedunia) benar-benar dalam periode status mayit (yang beada dalam status kematian)

Mendengar dan melihat berita di televise 2 hari kemarin tentang meninggalnya 24 prajurit TNI-AU kita, sempet tersentak, haru, sedih dan semua rasa pilu ini bercampur. Bertambah lagi setelah mengetahui bahwa ada satu yang meninggal tersebut adalah tetangga kami dikampung. Saya sempetkan telepon ke rumah dan bener adanya bahwa kemarin salah satu anggota keluarga ada yang pergi ngelawat.

“Rejeki, jodho, lan pati tan liya amung kuasaning Gusti”……Bener adanya bahwa selain jodoh dan rejeki barusaja telah terbukti bahwa kematian pun jika memang sudah saatnya menghinggapi bukan kita yang mengerti, namun tetep kekuasaan Tuhan yang berbicara.

Seringkali telah terlewatkan dalam pikiran saya kenyataannya dari keadaan diatas adalah bahwa sebenarnya hidup didunia ini memang berada dialam kematian. Fokus pemikiran kesadaran kenyataan hidup, keberadaan diri dan jiwa.

Kehidupan dunia sebagai alam kematian ini berguna untuk menjalani kodrat diri kita masing-masing. Kodrat sebagai blueprint atau cetak biru yang ditetapkan Allah atas setiap Roh sejak sebelum dilahirkan di dunia ini. Sementara perjalanan Kodrat seiring dengan Iradat yang terdapat dalam Roh . Dan untuk mampu terwujudkan sebagai Kodrat maka Iradat ini masih membutuhkan kendaraan yang berupa raga atau jasad jasmaniah

Bukankah jasad jasmaniah adalah unsur yang tidak kekal…? Ia memerlukan sarana sandang, pangan ataupun papan. Maka dari itu disediakanlah waktu malam dan siang hari dari Allah sebagai pengatur jasad tersebut. Malam dipergunakan untuk beristirahat dan menentramkan diri sedangkan siang difungsikan sebagai tempat atau waktu mencari nafkah, memenuhi kebutuhan “hidup”. Dan menurut pendapat beberapa orang ada yang menyatakan bahwa sebenarnya hidup itu sendiri hanya berguna untuk menunda kematian. Oleh karenanya saat menempuh waktu dimalam hari dalam sisa perjalanan hidup kita ini acapkali disarankan kepada kita alangkah baiknya apabila kita pergunakan untuk menentramkan diri, merenungkan arti hidup yang sebenarnya. GUNA MENEMUKAN JALAN HIDUP SEJATI.

Mungkin juga sangat susah untuk dapat kita mengerti, namun alangkah baiknya kalau kita semua berusaha untuk tetap mencoba dan belajar memahami. Istilah yang tiap waktu kita gunakan dimalam hari adalah beristirahat. Ada makna kebenaran arti disana bahwa istilah yang tepat pada waktu malam hari sesungguhnya adalah “menentramkan dan menenangkan diri”, setelah siang hari bekerja memenuhi kodrat hidup.

Dan Allah juga telah menjanjikan bahwa jika sebagian waktu malamnya dipergunakan untuk bangun dari tidur, berjaga untuk menemukan jatidirinya, Tahajud yang berarti bukan saja sebagai tindakan Sembahyang Malam namun bisa juga berarti berjaga dari aspek lahir dan batin menemui Allah/Tuhan, maka dipastikan akan mendapat Maqaman Mahmudan, tempat kedudukan tertinggi, yakni menyatu dengan Sang Hidup.

Oleh karena hidup ini untuk memenuhi kodrat diri masing-masing, untuk itulah tidak dibenarkan saling menzalimi, menekan, menguasai dan membuat pribadi orang lain menderita.Seperti telah disebutkan dalam petuah dari orang tua pendahulu kita mengenai intinya hidup bahwa “Sakjroning urip ana urup, lan sakjroning urup ana urip kang sejati”, yang dapat diartikan kurang lebih adalah didalam hidup ini ada inti api kehidupan (urup), sementara dalam urup itu sendiri bersemayam kehidupan sejati. Hidup sejati yang tanpa bersandangkan badan, raga , ataupun tubuh jasmani lagi. Sebab sarana itu semua dapat terkena kerusakan dan kemusnahan. Sarana fisik inilah yang menyebabkan manusia mengalami kematian.

Masih mengenai kematian. Kematian merupakan kawan hidup, karena kehidupan sejati terjadi setelah orang melewati gerbang kematian didunia fana ini. Setidaknya inilah yang banyak dikatakan oleh para philosof terkrmuka. Oleh karenanya kehidupan dunia merupakan kehidupan semu, maka keberadaan manusia dan atau makhluk lain didunia ini bisa dikatakan bukan sebagai kehidupan, melainkan berada dalam alam kematian.

Nah (maaf temen-temen), yang pingin saya garis bawahi adalah: Bahwa Proses keluarnya manusia ataupun makhluk ciptaan Tuhan lain dari dunia ini menuju alam kehidupan sejati (baca = Mati) harus disambut dengan senang dan dengan segenap rasa rohani. Ikhlas Lillahita’ala, bahwa semua yang tercipta ini akan diambil oleh Sang Pencipta.

Memang Saya akui hal itu sangatlah sulit untuk menjalaninya, akan lebih gampang dan mudah dalam menulisnya seperti yang saya lakukan sekarang ini. Maka marilah kita bersama-sama belajar dalam mengendalikan hidup ini, yaitu berlatih dengan RIYADHAH (Laku-Tirakat) mematikan diri dan mengendalikan hawa nafsu ditengah hiruk-pikuk dunia yang fana ini. MATI SAKJRONING URIP. Mati didalam hidup.

Sedih memang rasanya saat kita ditinggal oleh yang kita sayangi dan cintai, namun marilah Kita ikhlas dan kita pandang bahwa kematian adalah nama lain dari kelahiran kembali. Sebab mereka yang mati didunia ini bukankah pada hakekatnya adalah lahir didunia lain yang lebih luas dan lebih abadi. Keterkejutan sudahlah pasti, seperti kala dulu kita terkejut saat pertama kali menghirup udara dunia ini sebagai bayi yang menangis karena mendapatkan kesadaran baru.

Harapannya, Semoga dengan menghadapi kenyataan itu kita juga mampu mendapatkan kesadaran baru bahwa yang patut kita cintai selamanya adalah Dzat yang tanpa akhir, Dzat yang tak akan pernah membuat sedih karena telah meninggalkan kita yang mencintainya.

Temen-temen boleh tidak percaya tentang Re_Inkarnasi, namun semoga juga tak memaksakan kehendaknya untuk mengikuti keyakinan mengenai ketidak-percayaannya tersebut.

Kehidupan seperti siklus atau perilaku kehidupan dari kupu-kupu yang lahir dari kepompong, kepompong dilahirkan oleh ulat, sedangkan ulat ditimbulkan dari telur kupu-kupu. Dapat dicerna perjalanan kehidupan kupu-kupu tersebut sebagai cerminan kehidupan makhluk lain, termasuk diri kita manusia. Kematian dan kehidupan adalah sesuatu keadaan dimana kesadaran makhluk meningkat seiring perjalanan yang dilampaui.

Maka tak ada pilihan lain dalam menyongsong sang maut kecuali dengan keinginan menjadi makhluk yang baru seindah kupu-kupu. Makhluk baru yang terbang dialam bebas menghisap saripati madu yang mengalir dari wangi-wangi bebungaan. Bukan pada sikap sedih apalagi ketakutan menghadapi sang maut karena dapat diibaratkan sebagai bagian dari ulat perusak yang takut berubah menjadi kepompong, merayap di dedaunan. Tentu endingnya adalah bukan akan menjadi kupu-kupu, akan tetapi tak menutup kemungkinan akan berakhir menjadi tahi kotoran karena telah dipatok burung liar pemangsanya dengan menunjukkan badan besar banyak makan tanpa laku prihatin….

Semoga kita semua (khususnya diri saya) mampu menyikapi ini semua dengan arif dan bijak dengan tanpa mengedepankan satu ajaran kepercayaan tertentu, Namun tetep belajar bersama dalam menyikapi hidup ini. Tetep mencoba belajar mengambil makna dari kesejatian hidup, Sejatining Rasa, Mati Sakjroning Urip.….

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri