Puasa Ramadhan 1430 ini tak terasa merambat pelan namun pasti aliran hari yang ke tujuh telah terlampaui. Seminggu telah berlalu waktu yang kita tempuh bersama dalam menjalani Ibadah pada bulan yang penuh barokah juga Maghfirah, bulan penuh ampunan ini.
Bulan Ramadhan ini Kita semua (khusunya temen-temen muslim) diwajibkan menjalankan sebuah ritual tertinggi, Puasa. Sengaja saya sebut ritual teringgi karena menurut pemahaman saya Ibadah Puasa adalah ibadah Universal, Ibadah yang kebanyakan (kalo boleh saya bilang bahkan semua) umat beragama menjalankannya. Entah itu yang mempunyai keyakinan Islami seperti sekarang ini atau keyakinan lain, baik itu juga aliran kepercayaan. Kalau ibadah Sholat mungkin hanya kita yang berkeyakinan muslim saja yang menjalankannya. Atau kebaktian dan Pelayanan, itu mungkin hanya berlaku bagi temen-temen Nasrani. Pergi ke Klenteng, ke Vihara, atau ke Pura buat saudara kita penganut Konghucu, Budha juga Hindu. Ada lagi pengadaan upacara sesaji hanya berlaku bagi sebagian dari saudara kita yang meyakini akan aliran kepercayaan saja.
Namun Ibadah puasa ini sekali lagi saya yakin dari semua manusia pasti mengenalnya, terlepas apapun itu ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya.
Puasa Ramadhan, diperintahkannya kita umat manusia untuk menjalankan ibadah puasa tak lain adalah agar kita menjadi manusia yang bertaqwa. Dan yang diperintah puasa pun menurut Firman Tuhan lewat QS AlBaqarah-183 hanyalah insan yang beriman, ditegaskan disana lewat seruan "Hai orang-orang yang beriman" . Jadi tak berlaku bagi yang tak beriman khan... Timbul pertanyaan, gampangkah kita untuk menjadi beriman itu disaat sekarang ini..?
Ramadhan, bukan saja berlafalkan ramadhang sebagaimana (saya) orang Jawa sering meplesetkannya. Bukan berarti parodi kata dari ramadhang tersebut salah, namun definisi ramadhang berarti hanya berhenti pada urusan makan dan atau minum. Sementara Puasa Ramadhan mengandung kontemplasi yang lebih dari itu semua. Pengendalian diri dari semua nafsu kita sebagai manusia ini.
Manusia sangatlah beruntung karena di anugerahi berbagai kelebihan dibanding makhluk lain, baik itu yang tak kasat mata ataupun yang tampak jelas oleh mata. Salah satu kelebihan tersebut adalah nafsu. Kita tak bakalan ada perkembangan apabila nafsu kita stuck seperti yang ada pada Malaikat. Malaikat pencabut nyawa, ya nafsunya cuma berkeinginan untuk mencabut nyawa, Malaikat peniup trompet tugasnya ya hanya meniup trompet saja. Bayangkan kalau itu juga berlaku sama untuk kita..... mungkin sudah bosen dari kemarin-kemarin mas, lha wong niup harmonika thok wae bosen apalagi cuma niupin trompet....
Nah untuk itulah waktu sebulan dalam tiap tahun ini kita berkewajiban guna mengendalikan semua nafsu yang bersemayam pada tubuh ini. Iya bener Ramadhan is Ramadhang, karena madhang alias mangan adalah juga bagian dari nafsu namun saya pikir yang lebih penting dari sekedar nafsu makan dan minum pada diri manusia ini adalah nafsu yang lainnya.
Menjalankan ibadah puasa yang sudah berjalan selama seminggu ini sudah sangat banyak sekali problematika kehidupan yang ada dan kita alami bersama. Bisa disaksikan dari merebaknya kabar tentang perseteruan di dunia maya antar kita dengan negeri tetangga. Belum lagi kabar terkini mengenai penjualan pulau. Juga kelanjutan dari kabar Noordin M Top. Namun jarang sekali kita menyadari tentang perbuatan kita sendiri dalam rangka menjalankan ibadah suci ini. Kondisi yang ada kebanyakan dari kita adalah bahwa Bulan Puasa malah anggaran belanja keluarga justru tidak pernah "berpuasa" padahal awal- awal menjelang bulan puasa, atau bahkan ada yang jauh hari sebelum menginjak hari puasa hampir semuanya mengucapkan salam 'selamat' atas datangnya bulan suci Puasa-Ramadhan ini, Marhaban Ya Romadhona... Kata selamat yang berarti diucapkan utuh buat pemaknaan arti sebuah ibadah Puasa Romadhan. Bukan saja kata selamat sebagai pengejawantahan sekedar pensucian yang tidak menutup kemungkinan hal tersebut adalah modal satu pemberhalaan. Maaf apabila ada temen yang menyanggah pada statement ini mohon mencari jawabannya sendiri di lingkungan sekitar kita, karena terus terang saya juga nggak bisa memberikan jawaban yang saya rasa memang semua ini tak memerlukan satu pertanyaan apalagi juga jawaban.
Semoga kita semua sadar bahwa hakekat dari kata selamat adalah terlepas dari belenggu kemunafikan dan sifat yang negative. Bisa dan mampu menjalankan aktivitas pada bulan puasa ini bukan saja sebagai satu alasan adalah bahwa hanya bulan inilah bulan yang paling barokah. Makna bulan ini sebagai bulan barokah semoga mampu menjadi fungsi sebagai penyinar bulan yang lainnya, menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai obor penerang sebelas bulan berikutnya.
Nora nana panggawe kang luwih gampang kaya wong kang mamahoni
Sira ling-elinga aja sugih waonan den samya raharjeng budi
Ingkang prayoga singa-singa kang lali
Tak ada pekerjaan yang mudah selain menilai orang lain
Maka ingatlah tuk jangan gampang menilai buruk, berbaik sangka lah
Itu lebih baik dibanding menjadi yang pelupa
Satu case terjadi. Ada serombongan kaum muslim yang ingin merasakan buka bersama berjalan beriringan dengan menggunakan beberapa kendaraan, berbondong manusia tersebut mendatangi sebuah restoran siap saji, mereka tampak bahagia karena akan menikmati hidangannya dengan berbagai main course, appetizer juga dessert nya. Sementara, satu kelompok kecil berada dibawah jembatan penyeberangan restoram tersebut, tak kalah bahagianya mereka pun menikmati santapan ubi rebus sebagai bahan membatalkan puasanya sekaligus juga sebagai menu hari itu. Ini adalah potret kehidupan nyata yang kita alami sekarang ini. Terus hikmah puasa macam apakah yang telah dijalankan oleh manusia-manusia bermobil di atas...? Mampu mengambil makna kah mereka itu atas keadaan lapar saudara-saudaranya yang berada dibawah jembatan tadi...? Mungkin ini juga adalah gambaran sebagai pokok perikehidupan sosial masyarakat kita. Maka timbulnya, adalah: ibadah ya ibadah menjalankan perintahnya yang sudah jelas-jelas tersirat dalam al-kitab, soal orang lain, komunitas lain mau gimana-gimana ya nanti dulu........ Soal tetangga mau mati karena kehabisan uang guna berobat sih itu salah mereka, ngapain juga mereka itu nggak mau bekerja, urusanku sih tetep untuk berangkat umroh ke tanah suci yang ketiga kalinya. Benar beginikah hikmah sebuah ibadah yang bernama puasa....? hemmmm, saya rasa tidak, bukan sama sekali......
Tak dapat dipungkiri album-album seprti itulah yang tertata rapih di dalam rak buku kehidupan sosial kita saat ini.
Banyak pelajaran akan makna event Ramadhan ini, Ramadhan bukanlah satu event untuk kita bersuka ria, lebih dari itu peristiwa Ramadhan adalah saat disuruhnya kita umat manusia ini untuk selalu merasa mawas diri-introspeksi, mengedepankan sifat tenggang rasa-tepo slira. Kita ini siapa, dan sebaliknya mereka itu juga siapa...? bagaimana kalau aku jadi mereka dan juga jika mereka itu jadi aku...? Alangkah baiknya kalau dalam menentukan peringatan suka ria kita mau mengamati dan belajar dari Tukang sate Madura , bahwa mereka para tukang sate akan memilih event Idul Qurban guna mengadakan acara bersuka-ria bersama karena memang disanalah terdapat sarana hewan korban sebagai sarana makan-makan bersama. Tak peduli si Kaya yang berkorban, atau si miskin yang menerima pembagian jatah daging hewan korban. Tanpa kecuali, tanpa jarak, semuanya berbaur menjadi satu dalam alunan kebersamaan.
Menghadapi kenyataan sekarang ini, contoh konkret adalah berperangnya dunia maya kita dengan negara tetangga. Secara nafsu memang saya sadar jika saya pun ikut emosi apabila merasakan sebuah kesucian 'Indonesia Raya' harus dinodai oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab itu.
Namun semoga seiring Ramadhan ini kita semua mampu meredam amarah dengan lebih mengedepankan rasa mawas-diri, kita mulai dari pangkalnya dulu... karena apakah kita ini di perlakukan seperti itu...? sebegitu hinakah keadaan kita...? Dengan mencermati keadaan yang ada selanjutnya berharap kita bisa menerapkan rumus 3M nya A'a Gym. Mulai dari diri kita sendiri, Mulai dari hal yang terkecil sekalipun, Mulai saat ini juga. Nggak usahlah kita perbesar rasa permusuhan, lebih kedepankan otak, dan jangan lupa bawa juga hati-nurani. Karena hati nurani adalah suara qalbu, Suara qalbu yang tak bisa dibohongi.
Disinilah juga terkandung makna akan hakekat Ibadah Puasa, bahwa Puasa tak hanya membawa ke arah satu perbatasan, batas Adzan Subuh sampai dengan batas Adzan Maghrib, batas wilayah saya juga batas wilayah anda, batas boleh atau batas tak boleh, namun lebih dari itu Puasajuga berfungsi sebagai sedimentasi. Bahwa apabila jiwa manusia ini diibaratkan sebagai air, maka air-jiwa tersebut dalam waktu selama sebelas bulan telah terombang-ambing kesana kemari, entah itu bisa tertiup angin sepoi kegembiraan atau juga terkena deru ombak kepedihan, atau bisa jadi air-jiwa tadi telah meluap dari wadahnya karena tertimpa hujan penderitaan, walau kadangkala air-jiwa juga mampu teduh karena tertetesi oleh dinginnya embun kesetiaan. Nah waktu sebulan diluar sebelas bulan tersebut adalah waktu yang tepat sebagai waktu penenangan yang berfungsi sebagai 'pengendapan' atau "sedimentatif". Dengan proses sedimentasi tersebut maka yang diperoleh adalah pemisahan antara kotoran-kotoran yang berujud endapan (sediment)dengan air yang akan berwarna jernih.
Maka harapan selanjutnya setelah memperoleh air jernih itu, kita mampu berpikir jernih pula. Kita mampu membedakan mana manusia dan yang mana binatang atau tumbuhan. Bisa memanusiakan manusia. Pada saat berlapar bersama kita bisa melihat sisi sama pada setiap insan ciptaanNYA. sama-sama lapar, sama-sama butuh makan, dan makannya pun masih sama-sama makan nasi. So, akhirnya dalam persamaan dan kesamaan itu akan timbul satu charge dalam pikiran dan hati kita dalam mengejawantahkan perikehidupan dari sisi kemanusiaan ini. Tak peduli kalian ini warga mana, agamanya apa, madzabnya siapa, asalnya dari mana, miskin atau kaya, jongos atau majikan toh kita ini sama di hadapan Tuhan,hanya seonggok manusia, sakderma manungsa. Itu semua hanyalah 'sandangan' (pakaian) belaka, kalau kesadaran ini datang pada hakekat memaknai perjalanan Ibadah Puasa Ramadhan ini, besar kemungkinan maka kita semua akan bergandeng tangan dan berjabat erat, meski berbeda latar belakangnya.
Semoga kita semua (khususnya diri saya) mampu meraih rahmat maknanya... [uth]
"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa"
(QS. Al Baqarah : 183)
http://tube.indo.net.id/play_audio.php?audio=1311
~~maztrie~~
0 comments:
Post a Comment