Monday, June 14, 2010

diriringi terimakasih dan diakhiri tanya

Selesaikan dulu masalah hati, Berperanglah melawan diri, entah sampai kapan!
Jika perang telah usai dan genderang kemenangan atas merdekanya hati serta rasa telah tertabuh silahkan datang pada kehendak.

Terimakasih untuk untaian kalimat indah nan inspirative bukan saja pada genre puitisnya, namun sungguh sangat dalam makna yang terkandung didalamnya. Ucapan ini terlantunkan dari hatiku untuk sang pembingkis kata.
Beruntai kalimat diatas saya dapat serasa mengingatkan kembali tentang sebuah pencarian yang sungguh telah lari dari kesejatiannya. Heart-Managment.

Para bijak pendahulu selalu mengingatkan kita tak lain yang disentuh adalah keberadaan hati. Hati sebagai pengendali diri yang menopang keberadaan jalan pikiran pada otak. Hati yang difungsikan sebagai suara Qalbu, qalbu yang tak bisa berbohong pada keberadaan diri. Karena yang bisa berbohong hanyalah pikiran, dan yang bisa berrasa serta merasa adalah raga (tubuh), sama sekali bukan jiwa...

Sungguh bukan hal yang mudah ketika jiwa ini dituntun untuk tak lagi mencari apa-apa Sungguh bukan hal yang gampang tatkala nafsu ini diarahkan guna mengatur kesejatian rasa. Namun saya masih terus dan tetap berharap agar semua sesuai jalurnya, bisa selalu merasa berkecukupan hingga tercipta keikhlasan menuju pada bimbinganNYA. Berlabuh pada KesempurnaanNYA.
Sehat sempurna, sakit sempurna. Kaya sempurna, miskin pun sempurna. Berhasil sempurna begitu juga gagal dirasa sempurna. Sehingga jika kehidupan ini sempurna matipun tak merasa kurang sempurna, Karena semua berpasangan sebagai mitra.

Tatkala keduanya saling bermitra adalah sebuah langkah yang sungguh indah karena dihiasi sebuah ritme birama menuju tingkat berikutnya. Sebagaimana sebuah jenjang pendidikan sebagai bekal mencari ilmu, tindakan menaiki kelas lima adalah karena telah melewati tingkatan dibawahnya yaitu kelas satu, kelas dua, kelas tiga, dan kelas empat. Dan berakhir pada kelas enam yang bisa diibaratkan sebagai tingkat dewasa. Berlanjut pada bertumbuh-kembangnya sebagai pecinta tingkat tua yang tak butuh lagi mencari-cari, sebab semua telah berada pada surgaNYA sebelum kematian ini tiba, atau dalam kata tetua swarganing ndonya.

(maaf) Tak usah berbohong apalagi munafik pada hati, hanya saja marilah kita akhiri sebuah kalimat tanya pada diri saja. Masihkah kehendak jiwa ini menginginkan pada Surga..? [uth]

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri