semanak rumangsa enak - bebrayat kareben cekat
Berjalan tanpa pamrih - duduk tanpa memilih
bersikap ramah berasa nyaman - bersaudara supaya dekat
Sungguh merasa diingatkan kembali petuah bijak para tetua pendahulu kita dalam memberikan wejangannya.
Banyak hal telah saya dapatkan dalam bergaul baik itu didunianya Mas Nyata ataupun di areanya mbak maya (baca: dunia internet) ini. Ada yang membuat kita ternyata banyak kekurangan pun tak sedikit dituntut untuk kita belajar mengenali diri dari argumentasi dengan orang lain.
Pendewasaan diri dalam bergaul,
Semua berawal dari kita dan bakalan kembali lagi pada diri kita. Sehingga sudah selayaknya kita menanam sebuah pohon yang ada harapan untuk kita bisa memetik buahnya. Dan itu semua bergantung dari pohon yang kita tanam tersebut. Apabila pohon yang kita tanam adalah pohon berkualitas baik tak menutup kemungkinan bakalan berbuah baik pula, begitu pula sebaliknya. Walaupun itu semua bukan satu jaminan namun setidaknya itulah rumus yang selalu kita dapatkan dalam hipotesa sebelumnya.
Semua itu bakal berjalan apa adanya, tak usah kita mencari-cari karena ada kecenderungan dalam mencari ini nanti bakalan kecewa di akhirnya. Yang lebih baik menurut saya adalah tetap berusaha, kalaupun hasil yang kita petik adalah hasil pahit maka sikap penerimaan lah yang sepatutnya kita bangun dalam diri, Nrima ing pandum.....
Seperti dalam warisan lelaku para orang tua terdahulu yang ternyata ada sisi lain musti kita petik, yaitu mengenai pengelihatan pada sebuah titik, berlanjut mengalir (flowing) menuju kepada kehidupan yang paling indah di dunia yang tak lain adalah menjadi diri sendiri - "Mula becik sira dadi badanira piyambak"
Apa yang disebut flowing ini saya yaqini sesungguhnya sederhana saja. Kita akan menemukan yang terbaik dari diri ketika kita mulai belajar menerimanya. Dampak yang memungkinkan bakalan muncul dari sini adalah satu rasa Percaya Diri. Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam, apapun keyakinan yang kita anut....
Ketidaklupaan untuk menyertakan sebuah sikap dan sifat kesabaran akan menjadi awal ketenangan. Dengan ketenangan inilah yang membuat manusia bisa menerima kehidupan tanpa keluhan. Ujung-ujungnya, hidup pun mengalir polos apa adanya.
Semoga dengan mengalir apa adanya dan berpatokan pada satu hal tentang perbuatan yang berdampak kebahagiaan ini tak membuat kita terlalu bernafsu yang hanya menimbulkan terlena dalam mengejarnya, karena dengan begitu bukankah sebaliknya kita bakalan selalu siap sedia dalam menghadapi satu kesedihan sebagai endingnya, tak berusaha untuk mencampakkannya.
Semua sejalan sebagaimana wujud surga yang tak butuh dipuja dan tiada neraka yang tak perlu dicerca.
Apakah surga masih menjadi tujuan kita...? Lalu bagaimana jika surga dan neraka itu tak pernah ada....?
Sila ceklik play list untuk mendengarkan lagunya...!
Illustrasi: flowing
______________________________________________________________________________________
tulisan ngomyang tercetus ide akibat tulisan mBakYu There dan juga komen di tempatnya mBak Dewik,
0 comments:
Post a Comment