Hari ini sebagian saudara kita umat Muslim sedang dan akan memperingati Idul Qurban, yaitu satu peringatan yang juga berfungsi sebagai pengingat kisah Keikhlasan Nabi Ibrahim pun Nabi Ismail. Saya yaqin dan percaya kalau temen-temen tercintaku di ranah dunia maya ini sudah pintar dan mengetahui kisah awal terjadinya Hari Kurban tersebut, maka disini saya pun tak mau berpanjang kali lebar sama dengan luas untuk memaparkannya.
Seiring dengan peringatan hari raya ini, sungguh sangat tepat sekali jika kita bersama-sama merenungkan tentang kejadian-kejadian yang baru saja mendera dan menerpa diseputaran kita ini, terutama sehubungan dengan bencana. Satu hal yang semoga kita pun bisa membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah dengan pengorbanan yang Ikhlas tanpa butuh sebuiah citra, serta tak banyak berbicara yang hanya menambah polemik massa.
Kita yang tak terkena langsung dampak atas musibah masih bisa enak menjumpaiNYA, kita yang masih memiliki tempat hunian pun mengenakan pakaian layak masih sanggup sembahyang diatas sajadah yang bener-bener bersih dari noda alamNYA, masih terbebas dari asap abu, keruh air banjir, dan limpahan rejekiNYA. Semoga hal-hal semacam ini bisa kita jadikan tema dalam membaca diri, mawas diri, tak perlu bercuap ria demi pembenaran atas prinsip kelompoknya.
Sebagaimana kita ingin dihormati dan mau diberi kesempatan beribadah, harapannya keikhlasan berkorban demi membantu saudara-saudara kita tak terhenti oleh hujatan-hujatan atas diri pribadi yang saya yaqin itupun tak di kehendaki oleh Sang Pemilik Alam ini.
Bantuan atas bencana alam yang juga telah kita laksanakan tak menutup mata juga telah mencerminkan satu bentuk keikhlasan berkorban, maka bentuk pengorbanan ini semoga menjadikan kita selalu berpola-pikir senada dengan pengorbanan yang sebenarnya dikehendaki Tuhan, yaitu mengorbankan sesuatu yang paling dicintai sebagaimana kisah Ibrahim yang rutin tiap tahunnya kita baca.
Negeri yang baru saja menerima hibah berupa bencana ini kebenarannya selalu mengajarkan kepada umat untuk selalu teringat dan mengingat tentang kebersamaan akan keberadaan sesama manusia sebagai sesama makhlukNYA tapa pembeda dengan dasar apapun jua.
Dengan berkurban secara otomatis telah diajarkan kepada kita bahwa yang paling penting serta bernilai dari kurban itu sendiri adalah memelihara ikatan solidaritas dalam keberagaman. Tcermin dari hewan yang disembelih lalu berujud daging yang kenyataannya tidak bisa dinikmati sepenuhnya oleh orang yang sudah merelakannya demi Idul Qurban, lain dari itu adalah WAJIB dibagikan kepada sesama.
Khusus pada ruang lingkup Islam hal ini termasuk dalam kerangka akhlak sosial, satu perbuatan sebagai pengejawantahan prinsip ihsan (berbuat baik) pada sesama umat seagama yang tak pelak hal itupun bisa kita definisikan sebagai bentuk Ukuwah Islamiyah.
Dari pola pikir semacam itu, maka alangkah indahnya jika kita juga melebarkan satu pemahaman tentang Ukuwah Insaniyah yang mempolakan kita pada keberagaman, karena toh kenyataannya tak bisa dipungkiri kita hidup disebuah negeri yang bernama Indonesia ini musti bersentuhan dengan lain keyaqinan.
Termaknai akan peahaman mengenai saudara kita yang memiliki lain keyaqinan tersebut, maka tak menutup kemungkinan bakal membuahkan cinta dan kasih sayangNYA. Tak bisa dengan enaknya lalu kita mengesampingkan lingkup yang menegaskan kesadaran bahwa manusia yang satu dengan manusia lainnya diikat oleh semangat persaudaraan atas dasar cinta.
Di akhirnya, semoga setiap dari kita mampu membuka mata, membuka hati bahwa Idul Kurban layak kita jadikan sebagai jalan untuk berbagi, mengorbankan sebagian nikmat harta pun tenaga agar sesama makhlukNYA yang terkena bencanapun bisa merasakannya. Solidaritas atas keberagaman dalam merayakan Idul Qurban sungguh sangat bermanfaat dalam menjaga kerendahan hati dan terhindar dari buruk sangka pribadi tatkala kita bisa menjalankan fungsi-guna yang tentu memerlukan siasat tepat-guna. [uth]
Sila Ceklik untuk mendengarkan "buka mata buka hati"
Seiring dengan peringatan hari raya ini, sungguh sangat tepat sekali jika kita bersama-sama merenungkan tentang kejadian-kejadian yang baru saja mendera dan menerpa diseputaran kita ini, terutama sehubungan dengan bencana. Satu hal yang semoga kita pun bisa membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah dengan pengorbanan yang Ikhlas tanpa butuh sebuiah citra, serta tak banyak berbicara yang hanya menambah polemik massa.
Kita yang tak terkena langsung dampak atas musibah masih bisa enak menjumpaiNYA, kita yang masih memiliki tempat hunian pun mengenakan pakaian layak masih sanggup sembahyang diatas sajadah yang bener-bener bersih dari noda alamNYA, masih terbebas dari asap abu, keruh air banjir, dan limpahan rejekiNYA. Semoga hal-hal semacam ini bisa kita jadikan tema dalam membaca diri, mawas diri, tak perlu bercuap ria demi pembenaran atas prinsip kelompoknya.
Sebagaimana kita ingin dihormati dan mau diberi kesempatan beribadah, harapannya keikhlasan berkorban demi membantu saudara-saudara kita tak terhenti oleh hujatan-hujatan atas diri pribadi yang saya yaqin itupun tak di kehendaki oleh Sang Pemilik Alam ini.
Bantuan atas bencana alam yang juga telah kita laksanakan tak menutup mata juga telah mencerminkan satu bentuk keikhlasan berkorban, maka bentuk pengorbanan ini semoga menjadikan kita selalu berpola-pikir senada dengan pengorbanan yang sebenarnya dikehendaki Tuhan, yaitu mengorbankan sesuatu yang paling dicintai sebagaimana kisah Ibrahim yang rutin tiap tahunnya kita baca.
Negeri yang baru saja menerima hibah berupa bencana ini kebenarannya selalu mengajarkan kepada umat untuk selalu teringat dan mengingat tentang kebersamaan akan keberadaan sesama manusia sebagai sesama makhlukNYA tapa pembeda dengan dasar apapun jua.
Dengan berkurban secara otomatis telah diajarkan kepada kita bahwa yang paling penting serta bernilai dari kurban itu sendiri adalah memelihara ikatan solidaritas dalam keberagaman. Tcermin dari hewan yang disembelih lalu berujud daging yang kenyataannya tidak bisa dinikmati sepenuhnya oleh orang yang sudah merelakannya demi Idul Qurban, lain dari itu adalah WAJIB dibagikan kepada sesama.
Khusus pada ruang lingkup Islam hal ini termasuk dalam kerangka akhlak sosial, satu perbuatan sebagai pengejawantahan prinsip ihsan (berbuat baik) pada sesama umat seagama yang tak pelak hal itupun bisa kita definisikan sebagai bentuk Ukuwah Islamiyah.
Dari pola pikir semacam itu, maka alangkah indahnya jika kita juga melebarkan satu pemahaman tentang Ukuwah Insaniyah yang mempolakan kita pada keberagaman, karena toh kenyataannya tak bisa dipungkiri kita hidup disebuah negeri yang bernama Indonesia ini musti bersentuhan dengan lain keyaqinan.
Termaknai akan peahaman mengenai saudara kita yang memiliki lain keyaqinan tersebut, maka tak menutup kemungkinan bakal membuahkan cinta dan kasih sayangNYA. Tak bisa dengan enaknya lalu kita mengesampingkan lingkup yang menegaskan kesadaran bahwa manusia yang satu dengan manusia lainnya diikat oleh semangat persaudaraan atas dasar cinta.
Di akhirnya, semoga setiap dari kita mampu membuka mata, membuka hati bahwa Idul Kurban layak kita jadikan sebagai jalan untuk berbagi, mengorbankan sebagian nikmat harta pun tenaga agar sesama makhlukNYA yang terkena bencanapun bisa merasakannya. Solidaritas atas keberagaman dalam merayakan Idul Qurban sungguh sangat bermanfaat dalam menjaga kerendahan hati dan terhindar dari buruk sangka pribadi tatkala kita bisa menjalankan fungsi-guna yang tentu memerlukan siasat tepat-guna. [uth]
Sila Ceklik untuk mendengarkan "buka mata buka hati"
0 comments:
Post a Comment