Friday, October 14, 2011

Posisi hidup bak bermain sepakbola

Berbicara tentang legenda sepak bola mungkin yang paling terlihat dibenak kita adalah nama Maradona dari Argentina, atau mungkin Pele yang berasal dari Brazil. Selain itu ada nama Michael Platini dari Prancis, Franz Beckenbauer dari Jerman, Bobby Charlton yang berkebangsaan Inggris, dan masih ada beberapa lagi.

Sangat tepat jika menyebut tokoh-tokoh diatas sebagai legendaris persepak-bolaan dunia. Akan tetapi sungguh teramat jarang yang menceritakan seorang pelatih sepak bola legendaris bernama Vince Lombardi.

Vince Lombardi
Ya, kebenarannya saya sendiri juga masih belum begitu mahfum mengenai pelatih legendaris tersebut. Yang saya tahu baru sebatas menyimak sedikit tentang dirinya sesuai yang diulas oleh Mbakyu There berdasarkan pengetahuannya setelah membaca buku yang ditulis oleh David Maraniss berjudul "When Pride Still Mattered" ~A Life of Vince Lombardi~

Bahwa hidup kita sebagai manusia ini menurut pelatih sepak bola legendaris bernama Vince Lombardi itu, memang tak jauh dari permainan sepak bola itu sendiri. Hidup harus bertanding dalam satu arena, berkompetsisi dalam satu ruang, dan berkejaran dalam tata-waktu. Sementara kompetisi hidup ini harus diakhiri dengan hasil ada yang harus menjadi pemenang, dan disisi lain ada yang menempatkan diri sebagai 'yang dikalahkan'.

Itulah konsekuensi hidup dan kehidupan yang harus kita jalani ini, ada perjuangan, ada babak baru, dan yang tak lupa adalah bagian akhir dari satu pertandingan. Bisakah kita menikmati proses itu..?

Layaknya sepak bola, dalam berkompetisi mengisi hidup ini meskipun kita sudah mengeluarkan segala daya pun upaya, itu bukan satu jaminan dalam hidup ini untuk "SELALU" meraih kemenangan. Akan tetapi proses yang dijalani inilah yang seharusnya bisa kita ambil sebagai langkah "memenagkan diri". Bukankah segala sesuatunya harus dimulai dari langkah diri dulu..?

Saya rasa banyak teman-teman tercintaku disini yang sepakat untuk menjawab 'setuju' atas pertanyaan saya diatas. Karena dalam kesadaran diri kita bisa "menang" adalah ketika otak kita ini mampu memposisikan diri untuk selalu berpikir bahwa tidak pernah ada kehidupan yang senantiasa berisi kemenangan. Disisi kebijakan lain justru kemenangan dan kekalahan dipandnag sebagai dua hal yang bergandengan pun berpasangan saling melengkapi. Ada yang menang karena memang terlihat ada yang kalah.

“be proud and unbending in defeat, yet humble and gentle in victory”

Berbanggalah ketika kalah, dan rendah hatilah tatkalamenang.

“complete victory can never be won, it must be pursued”

Tiada kemenangan yang sempurna, melainkan ia harus senantiasa diperjuangkan.

Dalam konteks logika mungkin serupa kalau hal itu juga harus dikatakan sebagai 'sebuah logika yang tidak melulu berkonsentrasi pada tujuan kesempurnaan, namun justru pada pengalaman perjalanan sehari-hari' (logic of discovery bukan logic of perfection…!)

Ya dalam kata sederhana mungkin bisa juga dibilang bahwa menikmati proses akan lebih tepat dalam menjalani hidup laksana bermain sepak-bola ini, karena dengan begitu kita dapat tetap memposisikan diri untuk mengambil tempat pun posisi dibagian mana, tentu sesuai karakter serta skill masing-masing, dan tak ketinggalan ditambah lagi menurut petunjuk pelatih sepak-bola kita juga.

Berposisi sebagai striker, adakalanya harus membantu penjaga gawang saat team kita berada dalam kondisi diserang. Namun bukan tidak mungkin sebagai gelandang bertahanpun kita juga harus maju membantu striker murni demi terciptanya sebuah gol. Begitu juga ketika musti menyuplai bola dari sisi sayap, kerjasama dengan wings-back ataupun gelandang-serang adalah bukan satu kemustahilan.

Membaca ulasan ini, sungguh membuat saya sedikit tersadarkan kembali. Menjadi teringat lagi tentang diskusi saya dengan Lik Bimo(saurus) untuk bisa dan mampu memposisikan diri itu. Karena memang benar kata LikBimo bahwa seorang striker tak akan pernah mencetak gol apabila tak mendapatkan umpan dari pemain lain. Dan memang harus saya sadari seorang Gerrard sebagai gelandang bertahannya Liverpool atau Lampard sebagai gelandang serang dari team Chealse sangat berperan dalam memberikan umpan demi tercetaknya gol oleh striker-strikernya.

Begitu juga yang harus saya lihat adalah pemain terbaik dunia saat ini yang bermain di FC Barcelona, yaitu Lionel Messi, dia tak berlaku sombong untuk serakah mencetak gol ke gawang lawan. Karena dapat dilihat Messi selalu mengumpan bola pada teman satu teamnya apabila dirasa ada kesempatan yang jauh lebih bagus.

Kerjasama dalam team, kebersamaan bersama komunitas, rasa saling berbagi dalam kekeluargaan terbesit jelas dalam cerita pelatih sepak bola legendaris bernama Vince Lombardi itu. Sepertinya layak juga kalau hal itu juga wajib kita jadikan landasan dalam bentuk kerjasama kedepannya, ~The family is yours~ Saiyeg Saeka Kapti Memetri Rukuning Sesami. [uth]

_________________________________________________

An ilustration is taken from here without permission

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri