Sondang Hutagalung, mahasiswa semester akhir Fakultas Hukum Universitas Bung Karno Jakarta akhirnya Sabtu petang 10 Desember 2011 meninggal. Sebagaimana yang sudah diberitakan oleh banyak media massa, sebelumnya Sondang Hutagalung melakukan aksi bakar diri didepan istana negara dan karenanya Sondang mengalami luka bakar parah pada 90 persen tubuhnya.
Dan hari ini, Minggu 11 Desember 2011,  jenazah Sondang Hutagalung dikebumikan  di TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur setelah disemayamkan di Universitas Bung Karno.
Menyimak kabar dari banyak media massa  ikhwal tindakan  "bakar diri" yang dilakukan oleh Sondang Hutagalung tersebut memang banyak reaksi dari khalayak  baik yang pro maupun kontra. Secara pribadi, pada journal  kali ini saya justru ingin menanggapinya pada porsi yang menuju arah positif thingking  saja.
![]()  | 
| Sondang Hutagalung | 
Saya menilai aksi yang dilakukan oleh Sondang Hutagalung  itu berbeda sekali dengan aksi serupa yang dilakukan oleh orang lain  sebelumnya, misalnya  tindak gantung diri akibat  rumah tangga ataupun  aksi terjun diri yang dilakukan oleh seorang pengusaha sukses. Bahkan  menurut saya ini sangat lain sekali kalau harus dibandingkan dengan aksi  seorang remaja yang lompat dari lantai atas sebuah mall.
Lain  dari itu, aksi Sondang Hutagalung  bukanlah aksi yang sok ingin mencari  sensasi, sehingga menurut saya tanggapan kontra yang apalagi itu  didasarkan atas cibiran 'mati konyol', "mati sia-sia"  sungguhlah tak tepat sama sekali.  Ataukah cibiran itu datang dengan  serta merta hanya mau menyalahkan tindakan Sondang..?,  respon saya  masih menyajikan senyum kecut saja menanggapi hal semacam ini. Justru  pertanyaan baliknya, alasan apa yang musti dilontarkan kepada Sondang  sementara Sondang tak pernah ada niatan merugikan atau bahkan mencelakai  pihak lain.
Perasaan  sedih pun prihatin memanglah tak bisa saya sembunyikan dari benak. Akan  tetapi kembali lagi, terlepas ada niatan ingin mengetahui pun tidak  ingin mengetahui sebab aksi bakar dirinya, sejatinya  saya lebih  mengedepankan mencari  makna positif didalamnya dibanding sebatas  cibiran pun menyayangkan tindakannya.
Bukan kehendak saya disini mendukung satu aksi bunuh diri, sama sekali bukan. Lebih dari itu saya melihat aksi Sondang Hutagalung  ini lebih pada tempat kejadiannya. Aksi tersajikan didepan Istana  Negara, artinya aksi itu dilakukan di depan lambang sebuah negara pun  simbul kekuasaan. Sudah barang tentu ada pesan yang ingin disampaikan  oleh pelaku yang sejatinya adalah bagian dari aktivis HAM ini.
Melihat  pada TKP (Tempat Kejadian Perkara) didepan Istana Negara ini membuat  saya teringat dengan aksi yang dilakukan oleh seorang tukang buah di  Tunisia. Saya mecarinya di mesin pencari google, dan akhirnya saya menemukan nama sang tukang buah itu, Mohamed Buoazizi. Lelaki penjual buah ini melakukan aksi bakar diri juga di depan sebuah kantor Gubernur.
Tindakan Mohamed Buoazizi  lebih dimaknai oleh tak sedikit warga Tunisia sebagai pesan terhadap  penguasa. Nasib memang tak pernah lepas dari Sang Pencipta Alam, namun  bukan berarti penguasa a.k.a penyelenggara negeri harus ditiadakan  peranannya. Pesan politik yang pro terhadap rakyat kecil bin wong cilik  inilah yang disarikan oleh banyak warga Tunisia atas tindakan Mohamed Buoazizi. Sehingga  sebagai buntut pernyataan (tindak) politis Mohamed Buoazizi itu warga menjadi tersulut untuk menuntut hak atas ketimpangan yang disajikan oleh sang penguasa.
Soal  sikap penyesalan, tatkala kita mau berpikir sebatas untung dan rugi,   mungkin kita bakal menyayangkan tindak bakar diri Sondang. Apalagi kalau  kita hanya berorientasi pada masa depan cerah pada diri sendiri. Yaitu  sebagai seorang mahasiswa, semester akhir, bukan manusia bodoh tentunya,  maka masih ada banyak kesempatan didepan demi menghidupi keluarganya.
Namun  sungguh kembali lagi, makna poistif musti kita ambil dari kejadian yang  ada. Selanjutnya ketika kita sudah bisa menemukan sarinya, dari sudut  pandang positif semacam ini, semoga tindak mencemooh pun mencibir  tindakan "konyol" yang dinyatakan  oleh banyak warga penyimak media  massa negeri kita ini mampu tergantikan. Sondang Hutagalung telah mulai   menyulutnya kembali, dia telah mulai membakar semangat anak bangsa ini  untuk melawan ketimpangan yang disajikan oleh para penguasa, melawan  tndak korupsi yang tentu saja telah menjadikan wong cilik menderita.
Lalu  bagaimana dengan kita..? Sudah sejauh mana semangat berkobar itu ada  pada diri kita ini...? Telah sejauh mana kebobrokan penyelengara negeri  ini kita lawan..?
Mengakhiri  kalimat tanya tersebut, bukan maksud tindakan bakar diri itu kita  jadikan contoh, bukan itu, akan tetapi semangat perlawanan atas  ketidakberesan penyelenggara negerilah yang musti kita gali. Pada  penggalian semangat inilah semoga  selanjutnya bisa kita temukan jalan  yang tepat untuk kita tempuh, masih demi keadilan pun kesejahteraan  semua anak negeri. [uth]
![]()  | 
| This pict by MartoArt | 
______________________________________________________________________
 ~Inspired by Ayu 'bilanganfoo' Utami
~An illustration of  Sondang Hutagalung   is taken from  www.seruu.com without permission. (and MartoArt   with permission)


0 comments:
Post a Comment