Sunday, December 11, 2011

Sondang Hutagalung

Sondang Hutagalung, mahasiswa semester akhir Fakultas Hukum Universitas Bung Karno Jakarta akhirnya Sabtu petang 10 Desember 2011 meninggal. Sebagaimana yang sudah diberitakan oleh banyak media massa, sebelumnya Sondang Hutagalung melakukan aksi bakar diri didepan istana negara dan karenanya Sondang mengalami luka bakar parah pada 90 persen tubuhnya.

Dan hari ini, Minggu 11 Desember 2011,  jenazah Sondang Hutagalung dikebumikan  di TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur setelah disemayamkan di Universitas Bung Karno.

Menyimak kabar dari banyak media massa  ikhwal tindakan  "bakar diri" yang dilakukan oleh Sondang Hutagalung tersebut memang banyak reaksi dari khalayak  baik yang pro maupun kontra. Secara pribadi, pada journal  kali ini saya justru ingin menanggapinya pada porsi yang menuju arah positif thingking  saja.

Sondang Hutagalung
Saya menilai aksi yang dilakukan oleh Sondang Hutagalung itu berbeda sekali dengan aksi serupa yang dilakukan oleh orang lain sebelumnya, misalnya  tindak gantung diri akibat  rumah tangga ataupun aksi terjun diri yang dilakukan oleh seorang pengusaha sukses. Bahkan menurut saya ini sangat lain sekali kalau harus dibandingkan dengan aksi seorang remaja yang lompat dari lantai atas sebuah mall.

Lain dari itu, aksi Sondang Hutagalung  bukanlah aksi yang sok ingin mencari sensasi, sehingga menurut saya tanggapan kontra yang apalagi itu didasarkan atas cibiran 'mati konyol', "mati sia-sia" sungguhlah tak tepat sama sekali.  Ataukah cibiran itu datang dengan serta merta hanya mau menyalahkan tindakan Sondang..?,  respon saya masih menyajikan senyum kecut saja menanggapi hal semacam ini. Justru pertanyaan baliknya, alasan apa yang musti dilontarkan kepada Sondang sementara Sondang tak pernah ada niatan merugikan atau bahkan mencelakai pihak lain.

Perasaan sedih pun prihatin memanglah tak bisa saya sembunyikan dari benak. Akan tetapi kembali lagi, terlepas ada niatan ingin mengetahui pun tidak ingin mengetahui sebab aksi bakar dirinya, sejatinya  saya lebih mengedepankan mencari  makna positif didalamnya dibanding sebatas cibiran pun menyayangkan tindakannya.

Bukan kehendak saya disini mendukung satu aksi bunuh diri, sama sekali bukan. Lebih dari itu saya melihat aksi Sondang Hutagalung ini lebih pada tempat kejadiannya. Aksi tersajikan didepan Istana Negara, artinya aksi itu dilakukan di depan lambang sebuah negara pun simbul kekuasaan. Sudah barang tentu ada pesan yang ingin disampaikan oleh pelaku yang sejatinya adalah bagian dari aktivis HAM ini.

Melihat pada TKP (Tempat Kejadian Perkara) didepan Istana Negara ini membuat saya teringat dengan aksi yang dilakukan oleh seorang tukang buah di Tunisia. Saya mecarinya di mesin pencari google, dan akhirnya saya menemukan nama sang tukang buah itu, Mohamed Buoazizi. Lelaki penjual buah ini melakukan aksi bakar diri juga di depan sebuah kantor Gubernur.

Tindakan Mohamed Buoazizi lebih dimaknai oleh tak sedikit warga Tunisia sebagai pesan terhadap penguasa. Nasib memang tak pernah lepas dari Sang Pencipta Alam, namun bukan berarti penguasa a.k.a penyelenggara negeri harus ditiadakan peranannya. Pesan politik yang pro terhadap rakyat kecil bin wong cilik  inilah yang disarikan oleh banyak warga Tunisia atas tindakan Mohamed Buoazizi. Sehingga  sebagai buntut pernyataan (tindak) politis Mohamed Buoazizi itu warga menjadi tersulut untuk menuntut hak atas ketimpangan yang disajikan oleh sang penguasa.

Soal sikap penyesalan, tatkala kita mau berpikir sebatas untung dan rugi,  mungkin kita bakal menyayangkan tindak bakar diri Sondang. Apalagi kalau kita hanya berorientasi pada masa depan cerah pada diri sendiri. Yaitu sebagai seorang mahasiswa, semester akhir, bukan manusia bodoh tentunya, maka masih ada banyak kesempatan didepan demi menghidupi keluarganya.

Namun sungguh kembali lagi, makna poistif musti kita ambil dari kejadian yang ada. Selanjutnya ketika kita sudah bisa menemukan sarinya, dari sudut pandang positif semacam ini, semoga tindak mencemooh pun mencibir tindakan "konyol" yang dinyatakan  oleh banyak warga penyimak media massa negeri kita ini mampu tergantikan. Sondang Hutagalung telah mulai  menyulutnya kembali, dia telah mulai membakar semangat anak bangsa ini untuk melawan ketimpangan yang disajikan oleh para penguasa, melawan tndak korupsi yang tentu saja telah menjadikan wong cilik menderita.

Lalu bagaimana dengan kita..? Sudah sejauh mana semangat berkobar itu ada pada diri kita ini...? Telah sejauh mana kebobrokan penyelengara negeri ini kita lawan..?

Mengakhiri kalimat tanya tersebut, bukan maksud tindakan bakar diri itu kita jadikan contoh, bukan itu, akan tetapi semangat perlawanan atas ketidakberesan penyelenggara negerilah yang musti kita gali. Pada penggalian semangat inilah semoga  selanjutnya bisa kita temukan jalan yang tepat untuk kita tempuh, masih demi keadilan pun kesejahteraan semua anak negeri. [uth]
This pict by MartoArt
______________________________________________________________________
 ~Inspired by Ayu 'bilanganfoo' Utami
~An illustration of  Sondang Hutagalung   is taken from  www.seruu.com without permission. (and MartoArt   with permission)

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri