Kita sekarang atau nanti akan menjadi, adalah hasil dari bagaimana kita menggunakan pikiran kita. Kita adalah sebuah pikiran semata dengan sebuah raga yang mengusungnya kemana-mana. Seluruh dunia buatan manusia yang kita lihat ini adalah ungkapan pikiran semata. Seluruh hidup kita adalah ekspresi dari pikiran kita. Dan oleh karena kualitas pikiran kita menentukan kualitas hidup kita, Jika kita memperbaiki kualitas pikiran kita, Kita MESTI, Kita AKAN, tidak akan terbantahkan lagi bakal mampu memperbaiki kualitas hidup kita.(Brian Tracy)
Pernah saya baca ada ungkapan dari seorang penyair bahwa “ Surga bukanlah sebuah tempat, Ia adalah hasil dari serangkaian sikap.” Layak kita renungkan mengenai sebuah petualangan di atas perjalanan sikap itu.
Cinta ……
Lebih dari sentuhan…..
Sikap dari perbuatan yang menyertakan sepenuhnya rasa cinta kan mampu menghidupkan cahaya-cahaya dalam diri. Kharisma, wibawa, empati hanyalah sebagai contoh dari cahaya – cahaya tersebut. Cahaya yang tidak saja mampu menerangi keluar namun juga sekaligus kedalam diri.
Bersikap netral… Karena secara pribadi saya pernah diajarkan tentang “Rohmatan Lil ‘Alamin” – Pembawa Rahmat bagi alam semesta…. Yang berarti tetap menggunakan daya yang ada demi kemaslahatan seluruh UmatNYA, Tanpa terkecuali…..
Disamping itu saya juga memiliki keyakinan benar dan harus saya yakini tanpa ada rasa paksaan dan dipaksakan. “Lakum Dinukum Waliyadin” – Bagiku ya Agamaku, begitu pula Bagimu ya Agamamu.
Bersama Natal ini……..Dalam pemahaman tanpa sudut pemaksaan keyakinan , sudah selayaknya kita buka bersama beberapa pintu sikap bijak yang penuh dengan rasa cinta. Pintu sikap sebagai Guru paling Pertama dari semua kita adalah IBU kita. Dari beliau, pertama kali kita belajar dan diajari mengenai kehidupan.
Lebih specific kita diajarkan menyelami hidup ini dengan sikap dan spirit Natural (alami). Bisa dikatakan bahwa semua manusia berawal dari jalan yang disebut Rahim Ibu, Dan sudah seharusnya kita semua memiliki sifat – sifat alami yang menyentuh itu. Namun tak dapat dipungkiri karena juga kehidupan yang berjalan ini banyak kita dipengaruhi oleh lingkungan yang berujud duniawi teramat sedikit yang mau dan mampu belajar untuk menghidupkan bakat-bakat Ibu dalam dirinya. Dan tak munafik itu juga termasuk saya.
Hampir semua ibu melakukan pekerjaannya dengan penuh sentuhan. Jika ada kompetisi mengenai sentuhannya, saya yakin tak bakalan ada kompetitor yang layak menjadi bahan pembanding sentuhan sikap dari seorang Ibu.
Suapan makanan kemulut kita, limpahan air susunya. Bukan saja bahan makanan dan air susu sebagai pengisi perut. Lebih dari itu adalah dekapan kasih sayang yang tak akan mampu terlupakan oleh kita. Sehingga siapa saja yang melakukan apa saja , baik dari kerja di sawah atau dikantor sampai dengan menjadi anggota dan atau kepala keluarga dirumah …….. dengan spirit –spirit Ibu pastilah mudah sekali menyentuh orang lain. Sebagaimana sewaktu berdoa dengan menyebut Nama Ibu… Hal ini akan mampu membuat hati dan jantung kita tersentuh dan bergidik….. (setidaknya itu yang sering saya rasakan).
Sikap pembangunan diri yang lain ada yang menyebut sebagai “Inner Temple”. Dapat kita lihat baru saja Musim Haji berlalu…… Saya coba juga untuk menyinggung masalah tersebut, Dan MAAF kan saya kalo ada yang tersinggung….. banyak sekali yang ingat, mau, dan mampu membangun Kewajiban dan atau Tempat Ibadah diluar. Tapi apakah telah banyak yang dapat kita lihat tentang pembangunan Ibadah dari dalam…? Mungkin sebagian dari teman-teman tak butuh jawaban akan pertanyaan itu…. Karena memang semua yang ada ini tak semuanya memerlukan Pertanyaan ataupun Jawaban….
Sedang Sikap selanjutnya adalah pemahaman tentang hokum Relatifitas. Sebab-Akibat. Semua yang ada tak lain datang dari tempat yang sama. Bukan saja senyuman, makian juga hadir dari tempat yang sama. Keberhasilan membawa pesan, begitu pula dengan kegagalan. Dalam hidup dan kehidupan ini, Semua bertamu dengan niat yang sama. MENJADI PEMBIMBING HIDUP DAN KEHIDUPAN. Baik-buruk, Gelap-terang, positif-negatif… Semua dapat kita lihat sebagai bahan pelajaranNYA yang serba Sempurna. Disamping pelajaran dengan ukuran tak terhingga yang akan kita peroleh, ada juga hal mampu berpengaruh terhadap Keyakinan kita. TAK AKAN MUDAH GOYANG AKAN GODAAN.
Saling Respect – Karena sekali lagi Bagimu ya itu keyakinanmu, tap ini aku tetep menggunakan keyakinanku. Semoga kita semua tetap mampu tuk terus belajar bijak.
"Ajining diri amarga saka lathi , Ajining raga amarga saka busana"
Ach, Maafkan saya atas semuanya… karena saya bukanlah nabi yang memiliki “Nubuah” atupun Rosul karena “Risalah”NYA, Saya hanyalah berposisi sebagai UmatNYA, HambaNYA yang sudah sewajarnya terus berusaha untuk Memohon, yang dalam bahasa anak jalanan acapkali juga disebut JONGOS, yang wajib Ikhlas untuk terus dan selalu Mengabdi.
Selamat Hari Ibu tuk Semua shobatku – Selamat Hari Natal buat Shobat yang merayakannya. Dan Met menjelang Tahun Baru juga semuanya. Menyongsong hari baru Semoga terlahir bijak kembali, lahirnya suci…. damai dihati, damai di sanubari…
Thursday, December 25, 2008
Usai Idul Adha bersama Hari Ibu tuk menyongsong Tahun Baru kita ucapkan "Selamat Natal" (terserah anda)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment