Seorang hakim yang dikenal korup dan suka dugem kedapatan sedang tergeletak di bawah sebatang pohon rindang dalam keadaan teler berat. Nasrudin kebetulan lewat dan melihatnya. Setelah merasa aman karena tak ada yang melihat, Nasrudin mengambil pakaian sang hakim dan langsung mengenakannya lalu berjalan dengan gagah ke pusat kota.
Ketika sadar dari mabuknya, si hakim memerintahkan bawahannya untuk mencari orang yang
telah mencuri pakaian kebesarannya. Tentu saja mudah sekali mendapatkan si “pencuri” itu, karena Nasrudin sudah cukup dikenal.
Akhirnya Nasrudin dihadapkan pada si hakim dengan disaksikan orang banyak.
“Bagaimana anda bisa mendapatkan pakaianku itu?”, tanya hakim.
“Kemarin, sepulang mengajar, aku temui seseorang dalam keadaan mabuk berat mengenakan
pakaian anda ini. Aku takut anda terkena fitnah, makanya aku ambil pakaiannya ini dan aku kenakan… Apakah anda perlu tahu siapa orang sialan yang mabuk sambil mengenakan pakaian anda itu...? ”.
“Tidak perlu. Ambil saja pakaian itu untukmu!”, Jawab hakim sambil meninggalkan ruangan.
*****
Abraham Lincoln, sebelum menjadi Presiden Amerika Serikat, adalah seorang pengacara handal. Dia dikenal sangat selektif memilih perkara. Dia tidak mau sembarangan menerima klien. Sekali tempo, dia kedatangan seseorang klien. Lincoln mendengarkan dengan seksama sambil encatat pengaduan kliennya. Setelah orang itu selesai bercerita, Lincoln menganjurkan agar kliennya mencari pengacara lain yang bisa memenangkan kasusnya. Karena dia tidak mau, saat dia membela kliennya itu, di pengadilan hatinya berteriak,
“Lincoln, engkau pendusta! Engkau sedang berdusta!”
###
Dalam kisah-kisah unik Nasrudin, seringkali profesi sebagai penegak hukum, dalam hal ini Hakim, dijadikan bahan kritikan. Karena memang, saat Nasrudin hidup, lembaga penegakan hukum sedang berada di titik nadir. Titik terendah. Orang-orang yang diberi amanat sebagai qadi seringkali menyalahgunakan wewenang. Kelakuan mereka juga buruk. Contohnya Hakim dalam kisah Nasrudin di atas. Hakim yang mabuk, pastilah tidak ingat atau mengabaikan niform dinasnya. Padahal pakaian kebesarannya itu lambang korpsnya. Kalau pakaiannya sampai terlucuti, itu artinya si Hakim sudah tidak mempunyai harga diri lagi.
Pakaiannya mudah dicuri orang lantaran dia mabuk. Dia mabuk kesenangan, makanya dia mudah dibeli oleh mereka yang berkeinginan memenangkan perkara meskipun berada di pihak yang salah. Dia dimabukkan oleh dunia dan dunia membuatnya mabuk. Itulah yang membuat pakaiannya mudah dicuri. Yang ingin dikatakan oleh kisah di atas adalah, betapa penegak hukum yang berakhlak buruk akan sangat memalukan dirinya sendiri juga kelompok dan institusinya. Oleh karena itu, para Khalifah dalam jajaran Al-Khulafaur Rasyidin sangat hati-hati apabila ingin mengangkat seorang Hakim. Yang dilihat bukan cuma track record si calon Hakim, tapi juga keluarganya.
Mengapa keluarga calon Hakim juga ikut masuk dalam penilaian...? Ya, karena bukan tidak mungkin seorang Hakim akan berhadapan dengan perkara keluarganya. Kalau keluarga si calon Hakim itu baik, maka bisa diharapkan mereka tidak akan merongrong jabatan si calon Hakim, kalau nanti dia terpilih. Calon Hakim juga dilihat apakah ibadahnya baik. Jadi tidak mungkin untuk menjadi Hakim Agung, seseorang harus mengeluarkan uang ribuan dinar. Karena jabatan Hakim adalah Jabatan kering, saat itu.
Dalam kisah-kisah jenaka Nasrudin, banyak sekali profesi sebagai penegak hukum, utamanya hakim, yang dijadikan bahan olok-olok. Saya yakin itu bukan dengan maksud melecehkan, tapi ingin memberikan kritik konstruktif agar lembaga penegak hukum menjalankan fungsinya dengan benar dan di jalur yang benar pula. Jadi, kalau moral penegak hukum baik, diharapkan keputusan yang diambilnya juga akan baik, yakni memihak pada keadilan.[kangkun]
~~maztrie~~
Monday, May 25, 2009
Hakim ala Nasrudin, bebas tanpa syarat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment