Friday, May 22, 2009

NASRUDDIN BER KONSPIRASI

Nasrudin mengejar Istrinya yang menangis sambil mengacung-acungkan tongkat kayu. Istrinya berlari menuju rumah tetangganya yang kebetulan sedang mengadakan pesta. Tuan rumah dan para tamu, yang datang dari kota-kota yang jauh, segera melerai Suami-Istri yang bertengkar itu.

“Sabar wahai Nasrudin, jangan kau pukuli Istrimu!”.

“Duduk dulu di sini, makanlah sesukamu. Mudah-mudahan dengan begitu kemarahanmu
reda…”.

Demikian nasihat Tuan rumah dan para tamu. Maka Nasrudinpun dijamu dengan makanan
pesta. Demikian juga Istrinya, dibawa ke ruang di mana para wanita berkumpul dan diajak
makan bersama.

Setelah kenyang meikmati makanan yang lezat, Nasrudin memanggil Istrinya. Orang-orang
yang ada di sana mulai tegang lagi. Mereka mulai menasihati Nasrudin agar tidak memukuli
Istrinya lagi. Sesaat kemudian Istri Nasrudin keluar sambil tersenyum manis. Nasrudin
menyambutnya.

“Mari kita pulang, Sayang…”, ajak Nasrudin.

Lalu dengan manja sang Istri bergelayut di lengan Suaminya. Mereka meninggalkan rumah itu dengan mesra di bawah tatapan mata heran Tuan rumah dan tamu-tamunya.


**************
Kisah di atas adalah sebuah ironi. Bagaimana orang “terpandang” seperti Nasrudin tidak
diundang dalam pesta yang diadakan oleh tetangga dekatnya. Tetangga Nasrudin ini
menang terkenal borju. Dia senang mengadakan pesta dengan mengundang relasi-relasi
bisnis dan koleganya dari kota-kota yang jauh. Dia tidak menghiraukan tetangga-
tetangganya yang setiap hari bertemu dengannya. Tetangga yang mungkin saja
menolongnya lebih cepat ketika dia mendapat musibah daripada relasi-relasinya yang
tinggal jauh. Dia tidak hiraukan “perasaan” tetangganya yang miskin seperti Nasrudin.

Mungkin Nasrudin sakit hati lantaran tidak diundang. Padahal dia sangat berharap banyak bisa ikutan pesta, karena dengan begitu dia bisa mengisi perutnya yang sering terlambat makan
dan jarang bertemu makanan yang lezat. Akhirnya, karena tidak ada jalan lain,
Nasrudin membuat konspirasi yang elok dengan Istrinya. Tujuannya tidak lain agar
makanan pesta itu mendapat berkah dari Allah di samping untuk mengambil dengan paksa “haknya” sebagai orang miskin….

Kalau prilaku orang-orang kaya, para aghniya, di negeri Nasrudin seperti itu, bisa ditarik
reka-reka bagaimana prilaku para pejabatnya. Mereka hidup dalam serba kecukupan,
sedang rakyat hidup dalam serba kekurangan. Tapi mereka tidak malu mempertontonkan
gaya hidup mewah kepada rakyat, yang untuk makan sekali saja sehari sudah sangat
kesulitan. Bahkan mereka bangga kalau bisa mengundang kolega-kolega dari luar negeri.

Itulah yang sekarang terjadi di negeri kita. Pernah tayangan infotainment kita ramai-ramai
memberitakan pesta ulang tahun salah seorang selebritis kita di sebuah hotel mewah. Dan
bersamaan dengan itu, saudara-saudara kita, para TKI ilegal yang diusir dari Malaysia,
hidup dengan sangat mengenaskan di penampungan di Nunukan. Untuk bisa
bertahan hidup dan bisa memberi makan anak-anak, seorang Ibu rela menjual bayinya
“seharga” Rp. 500.000,-.

Ironis sekali. Berita tentang kesengsaraan para TKI ilegal itu hanya mendapat porsi yang sedikit
dan terkesan ala kadarnya. Sedangkan ulang tahun seleb kita itu di-blow up habis-
habisan hampir setiap jam di semua televisi! Dan perasaan kita, perlahan tapi pasti,
kehilangan kepekaan. Kita tidak sedih melihat saudara-saudara kita terlunta-lunta dan harus
menahan perih lantaran “ketemu” makanan dua hari sekali. Kita tidak tersentuh
melihat pengamen cilik berlarian di perempatan jalan.

Sementara itu, di sebuah hotel mewah, makanan lezat melimpah ruah dan berserakan mubazir.
Karena diambil banyak, dimakan sedikit, lalu diletakkan seenaknya dan ditinggalkan.
Dengan semangat sebagai pemburu, para tamu pindah dari satu menu ke menu yang lain.
Padahal, seperti yang sudah anda tahu, para tamu itu adalah orang-orang yang sudah
terbiasa menikmati makanan lezat. Mereka makan sambil ngobrol, berdiri
berkelompok kelompok dengan sesekali tertawa riuh…. Nun di sana, di dalam kegelapan,
saudara-saudara mereka memengangi perut yang mengempis menahan lapar.

Rasulullah Saw. bersabda, bahwa sebuah perhelatan atau pesta yang tidak mengundang
orang-orang miskin berkurang keberkahannya. Dan bisa juga Allah tidak menurunkan
berkah sama sekali. Alangkah ruginya kalau itu sampai terjadi. Untuk sebagian kita, kata
“berkah” mungkin tidak mempunyai getaran apa-apa di dalam hati dan tidak mempunyai
sugesti. Oleh karena itu, ketidakhadiran orang miskin dalam pesta mereka tidak membuat
mereka menjadi risau. Toh “berkah” itu tidak konkret dan tidak jelas parameternya.

Lagi pula kehadiran orang miskin di sebuah pesta yang mewah di hotel megah bisa merusak pemandangan. Dalam banyak hal, kehadiran mereka sangat mengganggu estetika
pergaulan. Pakaian, “aroma”, dan cara mereka berdiri dan makan, tentu akan terlihat
cangung di antara glamour para tamu dari kalangan berada.
Rumah kita dikepung setiap saat oleh tayangan tentang prilaku para seleb, orang-orang terkenal di negeri ini. Baik kalangan artis maupun pejabat. Seorang artis bercerita dengan
bangga bahwa dia mengalokasikan dana sekian juta perbulan untuk anjing
kesayangannya. Dana sebanyak itu untuk makanan, kesehatan dan pergi ke salon hewan.
Nada kalimatnya ringan, dan tidak tergambar keprihatinan di wajahnya, karena saat
yang bersamaan ribuan anak-anak dan wanita lari ketakutan karena konflik antarentis
di bumi Maluku.

Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada seluruh manusia agar meluaskan rejeki yang
diberikanNya. Maksudnya adalah“… agar kekayaan tidak beredar dan berputar-putar
hanya di satu kelompok saja…”. Kalau seandainya itu dilaksanakan, tentu kita bisa
mengangkat kehidupan saudara-saudara kita yang miskin ke taraf kehidupan yang lebih
baik secara ekonomis.

Tapi itulah…. Itulah yang akhirnya membuat Nasrudin berkonspirasi dengan Istrinya agar bisa menikmati makanan pesta meskipun mereka tidak diundang. Eh, bukankah seharusnya
yang empunya hajat berterima kasih kepada Nasrudin, karena makanannya dicicipi oleh
orang miskin? Siapa tahu Allah menurunkan berkah di sana, iya kan..?[kangkun]

Sumber : Buku “TAWA MEMBAWA HIKMAH BERSAMA NASRUDIN HOJA
Penulis : Dwi Bagus MB
Penerbit : Al-Bayan, Mizan, 2005

~~maztrie~~
Creative Commons License

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri