Saturday, March 24, 2012

Negeri Pengemis

Julukan negeri pengemis sepertinya tak terlalu keliru kalau harus disematkan sebagai imbas atas eksisnya Republik yang memang layak dikatakan sebagai Republik BBM ini.

Terbersit ucapan negeri pengemis tentu ada sosok yang musti dijadikan bahan pengingat, tak lain dan tak bukan adalah sosok 'pengemis'

Sebagaimana yang ditulis oleh Prof. Gorris Keeraf dalam buku Khasanah Bahasa dalam Kata Per-Kata, maka kata pengemis berasal dari kata dasar Kemis, istilah Bahasa Jawa yang bermakna hari Kamis. Masih menurut Gorris Keeraf kata pengemis itu asal muasalnya memanglah dari ranah Jawa, tepatnya berasal dari tradisi pun budaya yang sudah ada semenjak jaman kerajaan dahulu.

Di pasar
Ceritanya pada masa pemerintahan ini dipimpin oleh seorang Raja ataupun Sultan, ada satu kebiasaan yang sebenarnya ditujukan dengan maksud baik. Yaitu pemberian sedekah dari seorang Raja kepada rakyat yang membutuhkannya. Ingat, kepada rakyat yang membutuhkannya. Jadi kalau rakyat yang merasa diri tak butuh, besar kemungkinan akan merasa MALU kalau harus menggantungkan rejeki dari sedekah sang Raja tersebut.

Seorang Raja biasanya akan mengelilingi komplek istana dan mengunjungi tempat ibadah -baik yang berujud Masjid ataupun Klenteng- . Sementara  di sepanjang jalan yang dilalui oleh sang raja, beberapa warga berderet -mengantri- dengan harapan mendapatkan sedekah dari sang Raja.

Kebiasaan sedekah yang dilakukan oleh sang Raja tersebut dilakukan seminggu sekali, yaitu tepatnya setiap hari Kamis. Oleh karenanya kebiasaan yang dilakukan setiap hari Kamis disebut ngemis. Hal ini senada dengan kegiatan puasa pada hari Senin dan Kamis maka disebut Pasa Nyenèn Ngemis.
Dari sini ada dua sisi yang musti digarisbawahi.

Pertama pada bahasan "bersedekah", sebagai perbuatan real dari seorang Raja yang berkehendak memberikan kelebihan hartanya demi menolong kehidupan warga yang kekurangan. Yang keduanya adalah pendidikan 'rasa malu' yang seharusnya menjadi ukuran watak dari manusia dalam satu negara (kerajaan).
Sedekah adalah hal baik yang tentu butuh keikhlasan untuk melakukannya, sementara rasa malu bisa dijadikan sebagai ukuran masyarakat dalam menjaga tabiatnya. Ketika rasa malu itu sudah tak terukur pun tak terjaga bukan tidak mungkin tabiat burukpun akan sangat gampang menghinggapinya.

Sampai di point ini sepertinya Anda -teman tercintaku- yang membaca jurnal ini mulai mahfum, utamanya ketika harus menyaksikan banyak koruptor di negeri ini. Nyata adanya bahwa mereka para koruptor itulah contoh real sosok  yang sudah tak memiliki rasa malu -utamanya di muka hukum-. Begitu juga ketika harus menyaksikan seorang pemimpin yang selalu berkeluh-kesah pun mengorientasikan pada  pencitraan, tentu ini adalah bagian dari sikap yang memalukan juga.

Nah bagaimana dengan hal pendidikan yang dilakukan pemerintahan saat ini berbanding dengan yang dilakukan oleh seorang raja jaman dahulu kala...?

Pertanyaan perbandingan itu kalau harus dijawab mungkin memang bakal menemukan jawaban yang tak jauh berbeda, sebelas duabelas istilahnya. Karena jika dulu ada embel-embel bernama sedekah, maka saat inipun ada juga embel-embel bernama BLT (Bantuan Langsung Tunai) serta BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat)

Hanya saja ketika harus berpikir pada era kekinian, sudah semestinya kita tak jatuh pada lubang yang sama kan..? Bukankah memberikan hal yang kurang pas pada warga di sebuah negara itu adalah hal yang tak mendidik taa..?

Lagi-lagi pertanyaan itu timbul lantaran warga penerima BLT pun BLSM hanya mendapatkan sebatas ikan, dan sama sekali tak memperoleh kail agar mampu mencari ikannya sendiri.

Hingga disini, timbul pertanyaan lanjutan, kenapa juga ikan itu harus diterima warga hanya pada saat terjadinya kenaikan BBM..? Bukankah fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara...?

Akankah warga negeri ini harus menerima didikan dari pemerintahnya berujud "njagak'ke ndhoge blorok" alias menggantungkan hidup dari orang lain..? Yaitu dengan menggantungkan BLT pun BLSM...?

Benar-benar Republik mimpi ada di negeri pengemis ini. [uth]
___________________
Negeri pengemis.

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri