Mengenal sosok atau isi menjadi bagian "pilihan" dari kehidupan kita yang saya anggap susah untuk mengaplikasikannya ke dalam dunia nyata.
Kebanyakan
 dari kita -termasuk saya- ketika menerima kesan kehidupan ini acapkali 
keterusan terpaku pada reaksi pertama, sehingga hal itu tak pelak 
menjadikan kita terlena. Sebagai analogi, mungkin bisa kita contohkan 
ketika melihat buah.
![]()  | 
| Mangga | 
Saat
 melihat buah mangga hal pertama yang kita inginkan tentu saja adalah 
buah mangga yang secara "kasat mata" terlihat bagus, kulit luarnya 
nampak halus dan segar. Buah halus tersebut menjadi pilihan karena ada 
kecenderungan "biasanya" isinya bakal terasa manis serta enak. Hal 
"kebiasaan" inilah yang seolah-olah menjadi patokan. Kita telah menjadi 
terpatri pada patokan sebab keadaan yang "biasa" kita temui. Kita 
menjadi lupa bahwa adakalanya yang "biasa" itu sejatinya tak semuanya 
berlaku tepat lantaran tak jarang yang terlihat bagus dari luar toh adakalanya isinya tak sesuai harapan.
Dan
 karena faktor "kebiasaan" memilih pada yang tampak bagus dari luar itu 
pulalah maka pada kesempatan lain tak jarang yang kita lakukan adalah 
tak selalu memperhatikan buah mangga berkulit-luar layu, berbentuk 
bopeng, dan tampak buruk rupa. Kita telah menjadi 'terbiasa' pada satu 
kesimpulan bahwa yang terlihat jelek dari luar maka jelek pula yang akan
 kita peroleh di dalamnya.
Merenungi
 'kebiasaan' tersebut ada yang butuh saya renungi, yang pada akhirnya 
saya menyimpulkan bahwa sejatinya apa yang kita lakukan di luar 
kebiasaan itu tak selalu benar adanya.
Karena
 pemahaman tersebut, maka hal yang acapkali kita lakukan dalam menjalani
 pergaulan hidup bersama sesama manusia akhirnya kita juga menjadi 
'terpaku' pada kulit ataupun sosok dibanding isinya.
Pada
 kebiasaan yang "nampak" bagus kita menjadi terlena, sehingga tak jarang
 kita selalu setuju, sepakat, serta mengiyakan omongan orang-orang yang 
terlihat bagus penampilannya, orang-orang yang nampak halus 
tuturkatanya. Beruntung kalau kita selalu mendapat isi pembicaraan bagus
 pula dari mereka yang nampak halus itu, akan tetapi bagaimana kalau 
yang kita peroleh adalah hal tak bagus dan tak sehalus kulitnya..?
Begitu
 pula sebaliknya, tatkala kita selalu menyingkirkan buah mangga yang 
bopeng sepertinya hal itu serupa dengan ketika kita juga tak 
menghiraukan pembicaraan orang yang terlihat jelek, bertampang 
amburadul, serta berpenampilan lusuh. Padahal bukan tidak mungkin 
adakalanya isi -pembicaraan- orang bertampang 'jelek' tersebut malah 
mengandung petuah-petuah bijak serta ajakan manis dalam menjalani hidup ini.
Kurangilah rasa ingin tahu Anda tentang orang, perbanyaklah rasa ingin tahu tentang ide, gagasan, dan pemikiran. [Marie Curie (1867-1934), fisikawan asal Prancis]
Nah,
 menyikapi "kesan" kita yang acapkali hanya terpaku pada 'penampakan' 
kulit luar di atas, sepertinya hal yang wajib kita aplikasikan dalam 
hidup ini adalah agak sedikit melawan kebiasaan untuk jangan pernah 
menjadi "terpaku" pun 'terlena'. Bahwa mempelajari isi itu tak cukup 
hanya dengan melihat yang 'nampak' dari luar saja, jadi mau mengenal sosok atau isi. [uth]
________________________________________________________
An illustration of mengenal sosok atau isi is taken from google - forgot linksource.

0 comments:
Post a Comment