Sunday, June 10, 2012

Mengenal sosok atau isi

Mengenal sosok atau isi menjadi bagian "pilihan" dari kehidupan kita yang saya anggap susah untuk mengaplikasikannya ke dalam dunia nyata.

Kebanyakan dari kita -termasuk saya- ketika menerima kesan kehidupan ini acapkali keterusan terpaku pada reaksi pertama, sehingga hal itu tak pelak menjadikan kita terlena. Sebagai analogi, mungkin bisa kita contohkan ketika melihat buah.

Mangga
Saat melihat buah mangga hal pertama yang kita inginkan tentu saja adalah buah mangga yang secara "kasat mata" terlihat bagus, kulit luarnya nampak halus dan segar. Buah halus tersebut menjadi pilihan karena ada kecenderungan "biasanya" isinya bakal terasa manis serta enak. Hal "kebiasaan" inilah yang seolah-olah menjadi patokan. Kita telah menjadi terpatri pada patokan sebab keadaan yang "biasa" kita temui. Kita menjadi lupa bahwa adakalanya yang "biasa" itu sejatinya tak semuanya berlaku tepat lantaran tak jarang yang terlihat bagus dari luar toh adakalanya isinya tak sesuai harapan.

Dan karena faktor "kebiasaan" memilih pada yang tampak bagus dari luar itu pulalah maka pada kesempatan lain tak jarang yang kita lakukan adalah tak selalu memperhatikan buah mangga berkulit-luar layu, berbentuk bopeng, dan tampak buruk rupa. Kita telah menjadi 'terbiasa' pada satu kesimpulan bahwa yang terlihat jelek dari luar maka jelek pula yang akan kita peroleh di dalamnya.
Merenungi 'kebiasaan' tersebut ada yang butuh saya renungi, yang pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa sejatinya apa yang kita lakukan di luar kebiasaan itu tak selalu benar adanya.

Karena pemahaman tersebut, maka hal yang acapkali kita lakukan dalam menjalani pergaulan hidup bersama sesama manusia akhirnya kita juga menjadi 'terpaku' pada kulit ataupun sosok dibanding isinya.

Pada kebiasaan yang "nampak" bagus kita menjadi terlena, sehingga tak jarang kita selalu setuju, sepakat, serta mengiyakan omongan orang-orang yang terlihat bagus penampilannya, orang-orang yang nampak halus tuturkatanya. Beruntung kalau kita selalu mendapat isi pembicaraan bagus pula dari mereka yang nampak halus itu, akan tetapi bagaimana kalau yang kita peroleh adalah hal tak bagus dan tak sehalus kulitnya..?

Begitu pula sebaliknya, tatkala kita selalu menyingkirkan buah mangga yang bopeng sepertinya hal itu serupa dengan ketika kita juga tak menghiraukan pembicaraan orang yang terlihat jelek, bertampang amburadul, serta berpenampilan lusuh. Padahal bukan tidak mungkin adakalanya isi -pembicaraan- orang bertampang 'jelek' tersebut malah mengandung petuah-petuah bijak serta ajakan manis dalam menjalani hidup ini.
Kurangilah rasa ingin tahu Anda tentang orang, perbanyaklah rasa ingin tahu tentang ide, gagasan, dan pemikiran.  [Marie Curie (1867-1934), fisikawan asal Prancis]
Nah, menyikapi "kesan" kita yang acapkali hanya terpaku pada 'penampakan' kulit luar di atas, sepertinya hal yang wajib kita aplikasikan dalam hidup ini adalah agak sedikit melawan kebiasaan untuk jangan pernah menjadi "terpaku" pun 'terlena'. Bahwa mempelajari isi itu tak cukup hanya dengan melihat yang 'nampak' dari luar saja, jadi mau mengenal sosok atau isi. [uth]
________________________________________________________
An illustration of mengenal sosok atau isi is taken from google - forgot linksource.

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri