Memori cerita anak SMA seperti dibukakan kembali dari dalam ingatan saya, tepatnya ketika kali ini saya “ngabuburit” alias menunggu waktu berbuka.
Ya, kalau kemarin saya menulis mengenai arti xenophobia yang memiliki definisi takut ataupun benci pada “hal asing”
 lantaran belum dikenal serta diketahui. Maka kali ini meskipun juga 
telah mulai asing di otak saya, namun saya justru merasa nyaman dan bisa
 senyum-senyum sendiri ketika teringat tentang kenangan beberapa tahun 
lalu.
Cerita masa SMA
 yang saya alami itu keadaannya hampir serupa dengan yang terjadi tahun 
ini. Yaitu saat dimulainya tahun ajaran baru berbarengan dengan saat 
datangnya bulan Ramadhan.
![]()  | 
| Anak Sekolah | 
Memulai tahun pelajaran baru, bagi anak-anak SMA
 -sebagaimana yang terjadi saat ini- biasanya dimulai dengan Masa 
Orientasi Siswa atau disingkat MOS. Namanya juga orientasi, tentu tujuan
 salah satunya adalah agar saling kenal. Pada kegiatan itulah harapannya
 terjadi pengenalan lingkungan, perkenalan antarsiswa, dan juga 
perkenalan antara siswa dan para guru. Nah, sehubungan seminggu setelah 
pelaksanaan MOS itu sudah memasuki bulan Ramadhan, maka rangkaian 
acara/program sekolah langsung disambung dengan kegiatan Ramadhan In 
Kampus alias RIK.
Ada banyak kisah cerita
 anak SMA dalam rangkaian kegiatan tersebut, semua perasaan bercampur 
menjadi satu. Ada rasa senang, rasa bahagia, rasa sedih, rasa pilu, dan 
masih banyak lagi perasaan-perasaan lainnya. Rasa itu timbul tak lain 
dan tak bukan akibat banyaknya kegiatan baik yang bersifat euforia 
ataupun kontemplasi. Ketika euforia terjadi, tentu bakal terdengar 
canda, gurauan, hingga suara tawa terbahak-bahak. Begitu pula saat ada 
kontemplasi, tak jarang adegan sedih, diam, merenung bahkan sampai 
menangis berdarah-darah juga tak bisa dihindari.
Rasa
 gembira tercipta lantaran di sekolah baru yang mereka tapaki bisa 
bertambah teman baru. Dengan begitu otomatis lingkungannyapun menjadi 
bertambah luas juga. Hanya saja, jika tak mau masuk dalam omongan 'miring' orang lain, tentu dibutuhkan ruang kontemplasi di posisi
 seumuran anak-anak SMA ini, bahwa setelah naik ke jenjang lebih tinggi 
tentu hal yang dihadapi bukan semakin mudah. Ada banyak tantangan yang 
harus di hadapi, dan hasil dari menghadapi tantangan itu hanya ada dua, klimaks atau anti klimaks. Pilihan ada pada diri masing-masing, mau berhasil mencapai puncak sehingga nantinya bisa puas lantaran mampu meraih kenikmatan, atau hanya mau menyerah kalah dan doyan menjadi pecundang.
Dilihat dari gaya, baik saat bermain ataupun ketika belajar, secara fairplay anak SMP yang baru beranjak menjadi anak SMA tentunya
 masih sangat bisa dikategorikan sebagai ABG alias Anak Baru Gedhe. 
Hanya saja pada usia anak SMP beranjak SMA ini sepertinya sudah tak 
layak lagi kalau harus dikategorikan sebagai anak ingusan, lantaran diumur ini tentunya sudah mulai ada penalaran kedewasaan.
Dilihat dari pakaian, selepas menjadi anak SMP tentu
 juga ada yang berbeda. Biru-putih sebagai pakaian yang mereka lepas dan
 lalu berganti memakai baju dan celana warna putih serta abu-abu juga 
melambangkan sebuah momen. Momen itu tak lain dan tak bukan adalah bahwa
 mereka telah menapaki kedewasaan yang disebut sebagai sosok anak-anak gadis lajang ataupun laki-laki perjaka.
Selain itu, hal yang paling gampang diihat ketika menjadi anak SMP biasanya cowok-cowok masih memakai celana
 pendek. Akan tetapi setelah naik tingkat masa SMA, maka celana 
pendekpun akan berganti menjadi celana panjang. Artinya, bukan sekedar 
pada ukuran besar atau kecil yang terlihat dari 
badannya, akan tetapi sudah seharusnya pemikiran yang dulunya hanya 
berkutat pada hal-hal dengan periode pendek berganti menjadi pemikiran 
jangka panjang alias longterm.
Meskipun
 telah menjadi remaja, masa-masa SMA bukan berarti sok hanya pantas 
bercerita tentang hal dewasa saja. Lain dari itu, kegiatan baik yang 
menjadi kebiasaan sebelumnya juga sudah sepantasnya diteruskan. Sebagai 
contoh kecil misalnya adalah membereskan ranjang selepas bangun tidur, melipat selimut, dan juga mencuci pakaiannya. Tentu termasuk celana dalam sendiri.
Itulah
 sekelumit yang bisa bisa saya bagi sebagai gambaran awal dari kegiatan 
yang dulu sempat saya jalani, yaitu kegiatan MOS dirangkai dengan 
kegiatan RIK. Semoga nanti bisa disambung dengan hal yang lebih spesifik
 lagi. [uth]
____________________________________________________________________
This journal is dedicated for netter who still care about keyword “anak SMA"
An illustration of Cerita anak SMA is taken at MTS (SMP) Yapisal Cianjur

1 comments:
Saya mah MOS nya dibentak2 -__-
Btw, keren nih artikelnya bisa menggeser artikel cerita anak sma yang biru biru.
Post a Comment