Saturday, September 15, 2012

Adil sejak dalam pikiran

Adil sejak dalam pikiran. Ya, ketika saya teringat pada satu petuah dari Pramoedya Ananta Toer sebagaimana terbaca pada kalimat awal tersebut, maka saya juga diingatkan untuk lebih memahaminya secara luas tentang arti dari sebuah keadilan ini.

Sunset Mangol GunungKidul
Adil tak hanya sebatas diimplementasikan pada kehidupan sosial, yaitu kehidupan yang bersinggungan antara diri kita dengan orang lain. Namun, adil bisa didefinisikan pada anatomi tubuh juga, baik itu yang berujud material pun immaterial.

Bentuk keadilan untuk tetap menjaga tubuh agar tetap bugar adalah dengan cara beristirahat cukup, sehingga mata juga bisa istirahat terpejamkan. Sementara otakpun sedikit mampu menenangkan diri. Begitu seterusnya.
Nah, sampai pada pikiran yang mampu sedikit menenangkan diri saat tidur tadi, ada wujud keadilan lain dalam berpikir demi memahami kehidupan ini. Ada banyak kata tanya, dan walaupun banyak yang menyatakan bahwa akan ditemukan ribuan jawaban pada satu pertanyaan, namun kenyataan toh tak selalu mulus kita bisa menemukan jawabannya.
Sebagaqi contoh, ketika saya berpikir mengenai jawaban atas sebuah pertanyaa "Mengapa lebih banyak orang yang gagal dalam kehidupan ini..?" Kenyataannya menemukan jawaban adil itu memang tak gampang. Nah keadilan itu akan terimplementasikan ketika kita mau mengolah pada cara berpikir pun menyelesaikan persoalan. Bahkan ketika saya tak adil menjawab pertanyaan itu bisa jadi saya termasuk bagian dari orang yang gagal.
Kebetulan saat ngobrol dengan tiga teman yang memiliki profesi sama saya menemukan banyak jawaban pada satu pertanyaan. Profesi sama yang mereka miliki itu adalah pekerja hotel (hotelier). Dimana pertanyaan yang harus mereka jawab adalah "Apa yang sedang sampean lakukan di hotel ini..?"
Teman pertama menjawab, "Saya sedang memasak, karena saya seorang chef" Teman kedua bilang, "Tentu saya di sini sedang mencari gaji." Dan teman ketiga berkata, "Saya sedang melayani kebutuhan tamu dan orang-orang disekitar saya!"
Itulah bermacam jawaban yang diperoleh atas ketiganya. Mereka berbeda, tentu jawabannya adalah tak sama. Nah lalu apa yang bisa kita petik dari percakapan itu tadi...? Yang kita peroleh tentu saja adalah pola pikir yang bakal kita terapkan setelah memilah pun memilih banyak jawaban atas satu pertanyaan, kembali lagi tentu berpatokan pada petuah Pramoedya Ananta Toer, adil sejak dalam pikiran.
Hal yang bisa kita cerna dari sini adalah bahwa model kita berpikir sedikit banyak bisa mempengaruhi otak kita dalam menanggapi sesuatu hal setelah memahaminya.
Model berpikir yang adil, cerdas serta bijak, pada kenyataannya mampu memberikan arah positif untuk tetap peduli terhadap kehidupan. Pada kondisi berpikir secara adil ini bukan tidak mungkin mimpi baru yang timbul akan semakin memberi harapan, dimana harapan baru tersebut bisa jadi telah mendekat pada keberhasilan.
Adil untuk tidak menertawai orang lain, bijak untuk tak memandang enteng pada pihak manapun, secara tak langsung telah menyiratkan sebuah sinar terang yang dipandangkan kepada orang lain tersebut. Dengan demikian kalau sumber terang nan cerah dari kita mampu menerangi orang lain, tentu saja kita musti bersyukur lantaran secara tidak langsung kitapun mampu tercerahkan. Sekedar kontemplasi untuk saya sendiri. [uth]
_______________________________________________________________
An illustration of adil sejak dalam pikiran is taken at Mangol Gunung Kidul

0 comments:

 

Copyright © 2011 | Maztrie™ MirrorPot | Ubet Ngliwet, Ngglibet Nglamet | by ikanmasteri